Kamis, 08 Juli 2010

MELIHAT LEBIH DEKAT


Ternyata, sekarang aku bisa menyadari apa yang mereka pikirkan dulu. Sebelumnya aku sedikit acuh dengan pendapat mereka. “ Apa bagusnya???” pikirku ketika itu. Aku tersenyum kecut menanggapi apa yang mereka pikirkan, mereka katakan dan mereka lakukan.

Seorang teman perempuan SMA ku dulu, dia menggunakan waktu luangnya di sekolah dengan membaca novel-novel karangan JK. Rowling. Bahkan, kakak sepupuku lebih gila lagi. Dia mengoleksi semua edisi novelnya, baik itu yang berbahasa Inggris, ataupun yang terjemahan indonesianya. Di berita di televisi, di Koran-koran, ataupun di tabloid-tabloid, tidak henti-hentinya memuji novel hasil imajinasi penulis berambut pirang ini. Selain itu juga masih banyak ucapan-ucapan ataupun tulisan-tulisan yang aku temui, yang pada intinya memuji novel yang satu ini.

“ Apa untungnya? Mendingan beli buku-buku karangan penulis Indonesia, lebih nasionalisme !!!, selain itu juga, secara tidak langsung kita mengangkat citra para penulis tanah air,” Ujarku kepada salah-satu teman beberapa tahun lalu. Temanku hanya tersenyum menanggapi apa yang aku katakan.

“ Ya, itu sih terserah kamu, mau setuju atau tidak, yang jelas menurutku itu buku super mantap, imajinasi penulisnya sangat menakjubkan dan tidak terbayangkan olehku sebelumnya,” ucap temanku yang lainnya.

Aku keukeuh dengan pikiranku. Tidak secuilpun aku tertarik kepada novel yang banyak orang bangga-banggakan itu. Jika memiliki sedikit uang berlebih, aku hanya membeli buku-buku fiksi karangan para penulis pribumi. Koleksiku sudah cukup banyak di perpustakaan pribadiku. Namun, tampaknya ini hanya akan menjadi cerita masa lalu. Mungkin sebentar lagi aku akan menjilat ludahku sendiri. Mengapa??? Hal ini karena, beberapa hari yang lalu, hidayah itu menghampiriku. Di sebuah layar kotak televisi 14 inci, milik teman kuliahku, lewat situlah hidayah itu muncul.

Bermaksud melepas lelah setelah sibuk tiga hari mengerjakan laporan praktikum kerja lapangan (PKL), aku main ke kosan teman yang letaknya tidak jauh dari kosanku. Aku ingin menonton televisi, niatku waktu itu. Setelah solat isya, dengan tidak banyak pikir lagi, aku langsung meluncur. Sesampainya di tempat tujuan, aku disambut dengan sebuah film yang berjudul ‘Harry Potter and The Prisoner Of Azkaban’. Acara nontonpun berjalan dengan lancar dan menyenangkan, karena kebetulan waktu itu temanku baru pulang dari kampung halamannya. Berbagai jenis kue-kuehan tersaji menemani kami menonton. Pikiranku kembali segar dan perutpun menjadi kenyang.

“ Busyeeeeet, filmnya mantap Bi, setingnya indah-indah dan menakjubkan, jalan ceritanya juga mantap,” Ujarku kepada Robi sang pemilik kosan, sesaat setelah film berakhir.

“ Inimah ‘gak ada apa-apanya Nik, jika dibandingkan dengan novelnya, jauh berbeda, lebih seru novelnya, kita bebas berimajinasi menurut pikiran kita sendiri,” jawab Robi. Kemudian dia menambahkan,” Jangan-jangan kamu belum baca novelnya ya?!!” Tanya Robi. Raut wajahnya seakan sudah mengetahui kalau aku belum membaca novelnya. Bibirnya tersenyum asam. Alisnya dia gerak-gerakan.

Akhirnya, lewat film ini, aku merasakan apa yang mereka rasakan dulu. Yang jelas, jika suatu saat nanti aku memiliki uang berlebih, aku akan langsung membeli novel-novel Harry Potter, semua edisi dari tiga bahasa, yaitu bahasa Inggris, Indonesia dan Bahasa Sunda (kalau memang ada).

Yang paling aku ingat dari film itu adalah adegan ketika Harry Potter dan temen perempuannya yaitu ‘Harmione’ memutar waktu ke masa lalu berniat menyelamatkan kuda yang memiliki sayap dan kepala elang yaitu ‘Buckbeak’. SubhanAllah, adegan itu mengungkap semuanya. Siapa yang melempar batu hingga guci menjadi pecah. Siapa yang melempar kepala Harry. Apa yang di kampak oleh orang bertopeng hitam. Siapa yang mengaum hingga membuat Harry tidak jadi dibunuh oleh manusia serigala. Dan yang paling menakjubkan adalah siapa sosok misterius yang menyelamatkan Harry dari ‘Dementor’ dan mengusir Dementor-dementor itu. Aku tidak habis pikir dengan imajinasi dari penulisnya.

Akhirnya aku menyadari apa kesalahanku selama ini. Akhirnya hijab itu telah terbuka dan terlihatlah semua yang sebelumnya tidak aku lihat. Hikmah yang aku dapat dari peristiwa ini adalah hanya satu kata yaitu ‘Melihat Lebih Dekat’. Kesalahanku kemarin adalah menanggapi apa yang tidak aku ketahui dan hasilnya pun tidak sesuai dengan yang seharusnya. Sedangkan mengenai pendapatku yang terdahulu, yaitu mengenai membeli buku yang penulisnya adalah orang luar, selama itu bisa dijadikan untuk pembelajaran bagi kita, mengapa tidak. Ilmu datang dari mana saja, tidak memandang apakah dia orang miskin ataupun orang kaya, orang bodoh ataupun orang pintar, orang suci ataupun orang berdosa, dan orang tua ataupun anak kecil.

Mengapa bintang bisa bersinar? Mengapa air bisa mengalir? Mengapa dunia bisa berputar? Mengapa angin bisa bergerak? Mengapa bendera Indonesia berwarna merah dan putih? Mengapa kita bisa tumbuh? Lihat segalanya lebih dekat. Maka aku ataupun kamu akan lebih megerti.