Tampilkan postingan dengan label Sajak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sajak. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Februari 2016

Aku Ingin Seperti Al-Qur’an Bersampul Merah Itu



Aku ingin seperti Al-Qur’an bersampul merah itu, yang selalu kamu bawa kemana-mana, disimpan di dalam tas hitam kecil, dan dibaca setiap kali kamu menemukan waktu luang

Aku ingin seperti Al-Qur’an bersampul merah itu, yang selalu kamu buka selepas solat, dipandang dengan tatapan lembut, lalu kamu peluk dan cium mesra setiap menyudahinya

Selasa, 02 Februari 2016

Sembunyi Dimana?

Aku mau sembunyi dimana? Di balik malam? Tapi esok matahari akan kembali

Atau sembunyi di kutub selatan saat matahari ada di utara? Tapi enam bulan kemudian matahari akan balik ke selatan. Bahkan selama enam bulan berikutnya, aku akan terus bersamanya

Jadi aku mau sembunyi dimana?

Selama otakku masih ada di kepala, aku tidak bisa sembunyi dimanapun? Karena matahari sudah menetap di dalam kepala

Aku mau sembunyi dimana?

Mau sembunyi dimana?

Sembunyi dimana?

Dimana?

?

Senin, 01 Februari 2016

Apakah Kamu Mau Bersamaku?



Saat musim hujan, tak selalu kutuliskan matahari untukmu. Sesekali mungkin iya, selebihnya kamu akan disibukkan oleh tulisan-tulisanku, untuk kamu koreksi.

Kala musim panas, tidak akan sering aku menulis gerimis untukmu. Kadang-kadang mungkin iya, lebih banyak kamu akan sibuk bersama tulisan-tulisanku, untuk kamu perbaiki.

Aku hendak bertanya. Apakah kamu mau bersamaku?

Tapi kamu akan direpotkan oleh tulisan-tulisanku yang berserakan dimana-mana.

Aku hendak bertanya lagi. Apakah kamu mau bersamaku?

Minggu, 06 Desember 2015

Aku Harus Kemana?

Barusan aku mengunci pintu, hendak melangkah menujumu.

 

Tapi di luar ada tamu, katanya ingin menemuiku.

 

Bagaimana menurutmu?

Selasa, 01 Desember 2015

Seperti Tidak Waras



Kamu terlalu banyak diam. 


Kadang juga berucap sendirian.


Kamu mulai aneh. Ada apa gerangan?


Itu tanya seorang teman.


Baiklah akan coba aku jawab.


Begini.


Ada suara yang hanya bisa didengar dalam keheningan.


Saat tidak terdengar, itu bukan berarti tidak ada. Tapi boleh jadi telinga hati kita terlalu bising oleh yang lain. Karena itu aku diam.


Dan dalam desau angin, aku mendengar lirih bisik tanya seseorang. 


Aku jawab tanya rahasia itu. Karenanya aku seperti tidak waras. Layaknya katamu tadi.  

Jumat, 27 November 2015

Dan Apakah Kamu Tahu?



Kamu tahu, aku pernah berlari sepuluh kilometer tanpa henti?

Saat itu banyak orang yang memujiku. “Kamu hebat, Dek!” kata mereka.

Kamu tahu, aku juga pernah push up ratusan kali di beranda asrama?

Si Adek kecil melotot manatapku. “Kakak kuat!” ucap dia dengan mulut menganga.

Kamu tahu, aku pernah meminta maaf atas kesalahanku? Ini adalah perkara paling berat menurutku. Sebab harus kuruntuhkan dulu gedung gengsi yang bertingkat-tingkat. 

Kemudian sayup-sayup kudengar lirih bisikan teman-teman yang menyanjungku. Walau sejatinya bukan itu yang aku inginkan.  

Dan apakah kamu tahu, aku tak bisa melakukan apa-apa jika bayangmu tetiba menyelinap di kepalaku?

Aku hanya bisa terbaring lemah di atas ranjang. Dengan tatapan kosong pada langit-langit kamar. 

Aku tidak mampu berbuat apa-apa. Karena senandungmu terus terlantun di sudut otakku, kemudian berhenti dan menetap pada ruang hatiku.

Lalu aku hanya ingin bertanya. Apa yang harus aku lakukan?