Senin, 28 Maret 2011

SMS dari Kawan Lama


Jum’at malam. Yang paling aku ingat di Jum’at malam adalah Komunitas Bismillah (KB). Komunitas Bismillah (KB) merupakan organisasi remaja di kampungku. Anggotanya adalah semua orang dikampungku yang masih belum menikah. Anggota paling banyak adalah anak usia SMA. Usia SD dan SMP juga ada, tapi tidak sebanyak usia SMA. Yang sudah lulus SMA juga ada, tapi sedikit, mungkin hal ini karena banyak dari mereka yang melanjutkan study atau bekerja ke luar daerah. Pemuda tersisa adalah mereka yang mendapatkan pekerjaan di daerah sekitar, atau beberapa yang belum mendapatkan pekerjaan.

Kegiatan rutin KB adalah pengajian remaja pada Jum’at malam, setiap minggunya. Ustad yang paling sering mengisi materi adalah Kak Andi dan Kak Ipi, mereka berdua adalah pembina KB. Sesekali, paling tidak satu bulan satu kali, kami mengundang ustad dari luar untuk mengisi materi pengajian.

Sebelum aku kuliah di UPI Bandung, aku menjabat sebagai Sekertaris Umum (sekum) di KB. Ketika itu ketuanya adalah Kang Yudi Firmansyah, dia mahasiswa tingkat akhir di IAIN Serang. Karena Kang Yudi sibuk dengan skripsinya, dia mengamanahkanku untuk menghandle KB selama dia menyusun skripsi. Dengan menghujamkan bismillah ke dalam hati, aku berusaha untuk menyetir kendaraan KB agar tetap berjalan dengan baik. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah, KB berjalan dengan normal.

Mungkin, ketika aku menghandle KB, orang yang paling sering berinteraksi dengan banyak orang adalah diriku. Bagaimana tidak, karena ketika itu aku adalah pucuk pimpinan di KB, setiap kebijakan untuk mengambil keputusan di serahkan kepadaku, dengan proses musyawarah terlebih dahulu tentunya. Alhasil, aku jadi mengenal banyak orang dan akrab dengan mereka, baik dari pihak ikhwan ataupun akhwat, tanpa terkecuali. Karena kedekatan itu, tidak sedikit orang yang meminta waktuku untuk mengobrol dengan mereka. Mulai dari memperbincangkan perkembangan organisasi, bahkan ada juga yang curhat tentang persoalan pribadi mereka. Aku tidak faham kenapa mereka meminta saran dariku, karena aku merasa tidak pantas untuk itu.

“ Berikan saja pendapat Niko tentang penyelasaian permasalahan yang mereka tanyakan. Berikan semampu Niko. Dan Ingat! jangan sampai merasa malu muntuk mengatakan ‘tidak tahu’ jika Niko benar-benar tidak mengetahui persoalan yang mereka tanyakan,” Nasihat Kak Andi di ruang tamu rumahnya, ketika aku bersilaturahmi ke rumah ka Andi untuk meminta saran terkait hal ini.

Pasca mendengarkan nasihat dari Kak Andi, aku sedikit lebih berani dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka yang meminta saranku. Tidak jarang aku mengatakan tidak tahu, karena aku merasa ilmuku belum sampai ke sana (pertanyaan yang mereka utarakan). Jika aku merasa sudah mentok, aku menyarankan mereka untuk datang dan meminta saran kepada Kak Andi atau Kak Ipi.

Satu dari beberapa orang yang paling sering curhat adalah Tria. Dia seorang akhwat. Usia kami hanya terpaut tiga tahun, lebih tua diriku. Perawakannya proporsional, ideal untuk seusianya. Jika diperhatikan lebih jauh, dia adalah akhwat yang termasuk kedalam kategori remaja di kampungku yang paling rajin mengiktui pengajian jum’at malam KB.

Biasanya, persoalan yang sering dia tanyakan padaku tidak jauh-jauh dari kebingungannya dalam mengambil keputusan di persimpangan jalan. Salah-satu contohnya adalah ketika dia kebingungan untuk memilih melanjutkan kuliah atau bekerja. Memang, tidak hanya itu, ada juga jenis saran lain yang dia minta.

Pun, dengan malam ini, barusan hapeku bergetar. Ada sebuah SMS yang datangnya dari kawan lama, tiada lain adalah Tria. Awalnya kami hanya saling bertanya kabar dan bagaimana keadaa masing-masing, juga apa kegiatan yang sedang dilakukan. Sampai sebuah SMS itu datang.

(ko, tria boleh tanya sesuatu gak????)

Aku sedikit dikagetkan oleh SMS Tria. Suasana hati yang tadinya agak santai, kini berubah menjadi serius, karena aku tahu, Tria akan meminta saran atau bertanya sesuatu hal yang mungkin penting pada diriku.

(boleh tria, selama saya bisa jawab, insyallah saya akan jawab. mau tanya apa tria?)

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya datang juga balesan SMS dari Tria.

(apakah hukum karma di dunia ini ada????)

Balesan SMS dari Tria singakat dan padat. Namun, walaupun singkat, cukup untuk membuatku kebingungan dalam mencari jawaban yang dibutuhkan. Disatu sisi aku belum faham dengan hukum karma, tapi disisi lain, aku ingin juga memberikan sebuah solusi pada permasalahan yang sedang di alami kawan lamaku ini. Aku tahu, meskipun dia hanya bertanya apakah hukum karma itu ada, namun, dibalik pertanyaan itu, tersimpan sebuah permasalahan berat yang sedang dia alami. Aku tahu itu, karena tidak sekali dua kali dia bertanya kepadaku.

Untuk sesaat aku termenung memamdangi langit-langit kamarku. Dalam hati aku berdo’a meminta petunjuk Yang Maha Memeberi Petunjuk. Tiba-tiba pikiranku tersetting untuk mengingat kembali ceramah-ceramah Aa Gym. Dari sekian banyak ceramah itu, tersaring satu persatu, hingga akhirnya hanya tersisa sebuah ceramah Aa. Ceramah itu terjadi di darul hajj, mesjid sementara Daarut Tauhiid, karena mesjid DT sedang di renovasi. Ketika itu aku duduk diantara kerumunan jama’ah.

“ Ketika seseoarang berbuat tidak baik, itu ibarat dia sedang menaruh ranjau di depannya, yang pasti dia akan menginjaknya. seseorang pasti akan mendapatkan apa yang telah di perbuat. ‘Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. Az-Zilzal ayat tujuh dan delapan,” ujar Aa Gym pada materi ba’da subuh.

Aku mencoba membahasakan ceramah Aa itu dengan bahasaku sendiri. Aku tuangkan apa yang ada di otakku pada layar hape, kemudian aku kirim ke sebuah nomer hape yang tersimpan di memori sim card ku. KB Tria, 08XXXXXXXXXX, itulah nomernya.

Sembari tiduran, aku menunggu balesan SMS dari Tria, kalau-kalau ada pertanyaan lanjutan. Namun, balesan yang ditunggu itu tidak kunjung juga hadir. Sampai akhirnya aku tertidur. Aku terbangun dari tidurku beberapa saat sebelum adzan subuh berkumandanag. Teman sekamarku masih asyik berpetualang di alam mimpi mereka masing-masing. Aku melihat di layar hapeku ada sebuah SMS. Ketika kulihat, SMS itu datang dari Tria.

( syukron ya ko….:-) )

Selasa, 15 Maret 2011

Baik-Baik disana

Di kopontren lantai tiga. Seketika para santri terdiam membisu, padahal beberapa detik yang lalu, celotehan masih keluar dari mulut kami. Barusan, ustad Mardais memberitahu kami, bahwa ada seorang santri ikhwan PPM yang dikeluarkan dari ponpes DT. Mungkin, orang yang merasa paling terpukul adalah Adit, Faqih, Mamat juga diriku, yang tidak lain adalah para penghuni kamar nomer tiga belas. Bagaimana tidak, santri yang dikeluarkan itu adalah sahabat kami, sahabat satu kamar kami. Dia adalah Dzulkifli (kang Zul). Setelah ustad Mardais mengumumkan hal ini, tanpa ada komando sebelumnya, kami, penghuni kamar nomer tiga belas, saling memandang satu sama lain. Aku dapat membaca raut wajah teman-teman satu kamarku, wajah mereka penuh dengan rasa tidak percaya. Mungkin merekapun demikian kepadaku.

“ Dzulkifli telah melakukan kesalahan yang tidak bisa kami tolerir lagi, ini sudah melampaui batas !” ujar ustad Mardais disela-sela pengumuman.

Minggu, 06 Maret 2011

Banjir Air Mata di Darussalam


Malam Minggu, ba’da isya di aula asrama darussalam adalah jadwal untuk muhadoroh (belajar khutbah) para santri PPM ikhwan. Dari malam Selasa sampai malam Sabtu kami mendapatkan materi dari asatidz ponpes DT. Malam Minggunya, giliran kami para santri yang saling memberi ceramah kepada teman-teman santri PPM lain. Setiap satu pertemuan, biasanya hanya dua atau tiga santri yang kebagian berceramah, sisanya menunggu pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Setelah semua santri kebagian berbicara, muhadoroh dimulai lagi dari santri pertama yang berceramah, kemudian dilanjutkan sesuai urutan yang telah ditentukan. Setelah semua sudah lagi, diulang lagi dan diulang lagi sampai periode belajar di PPM selesai. Orang yang menjadi pembimbing santri ikhwan dalam muhadoroh ini adalah kang Hakmal, sesekali, ustad Hamdani hadir membimbing kami. Sepatah atau dua patah kata dia sampaikan di akhir acara, yang pada intinya adalah memberikan masukan untuk perbaikan public speacing kami kedepannya.