Sabtu, 28 November 2015

Yang Datang

       "Bro, saya hanya tidak ingin melihatmu meratap menyesali apa yang sesungguhnya bisa kamu dapatkan. Patut kamu pahami, bahwa wanita akan memilih laki-laki sederhana yang datang kepadanya dibanding seorang pria tampan yang sebenarnya dia cintai tapi hanya diam saja di tempat. Sekarang, bangunlah. Lalu kejar dia," ucap Mamat.

        "Tidak perlu kamu tahu apakah ucapanku ini buah dari pohon kepahitanku di masa lalu atau hanya sekedar pengetahuan dari buku-buku. Yang harus kamu tahu, adalah isi di dalam dadamu," kata Mamat lagi. Aku tidak tahu apa yang sedang dia tulis di laptopnya. Sebab tatapku enggan untuk pindah dari langit-langit kamar. 

        "Sekarang, buang malumu lalu ambil kesempatan, atau tetap diam di sini kemudian menghabiskan sisa usia dalam laut penyesalan." Kudengar suara geseran kursi. Mamat melangkah menghampiri pintu. Sepertinya dia akan ke toilet.
      

Jumat, 27 November 2015

Dan Apakah Kamu Tahu?



Kamu tahu, aku pernah berlari sepuluh kilometer tanpa henti?

Saat itu banyak orang yang memujiku. “Kamu hebat, Dek!” kata mereka.

Kamu tahu, aku juga pernah push up ratusan kali di beranda asrama?

Si Adek kecil melotot manatapku. “Kakak kuat!” ucap dia dengan mulut menganga.

Kamu tahu, aku pernah meminta maaf atas kesalahanku? Ini adalah perkara paling berat menurutku. Sebab harus kuruntuhkan dulu gedung gengsi yang bertingkat-tingkat. 

Kemudian sayup-sayup kudengar lirih bisikan teman-teman yang menyanjungku. Walau sejatinya bukan itu yang aku inginkan.  

Dan apakah kamu tahu, aku tak bisa melakukan apa-apa jika bayangmu tetiba menyelinap di kepalaku?

Aku hanya bisa terbaring lemah di atas ranjang. Dengan tatapan kosong pada langit-langit kamar. 

Aku tidak mampu berbuat apa-apa. Karena senandungmu terus terlantun di sudut otakku, kemudian berhenti dan menetap pada ruang hatiku.

Lalu aku hanya ingin bertanya. Apa yang harus aku lakukan?  

Kamis, 26 November 2015

Tentang Diskusi



             Dalam kitab Ta’lim Muta’alim, disebutkan bahwa “Diskusi satu jam lebih baik daripada mengulang pelajaran satu bulan”. Sederhananya, mengapa melakukan diskusi itu lebih baik dari hanya sekedar mengulang pelajaran? Bahwa dalam diskusi sudah mencakup mengulang pelajaran. Kemudian ada bonus menambah ilmu. Sebab di dalamnya ada musyawarah dalam rangka mencari kebenaran. Tentunya akan ada ilmu-ilmu tentang permasalahan terkait (tema diskusi) yang disampaikan para pelaku diskusi. 

                Sebelum melakukan diskusi, ada beberapa hal penting yang wajib kita ketahui. Maksudnya adalah agar diskusi berjalan dengan lancar dan tentunya supaya diskusi ini menemui tujuan. Pertama adalah, bahwa muara dari diskusi untuk menemukan kebenaran, bukan kemenangan. Untuk itu, menjadi keharusan bagi si pelaku diskusi untuk menyiapkan hati seluas samudera. Sebab dalam pelaksanaannya, boleh jadi pendapat kita tidak akan diterima. Pada posisi seperti ini kita harus belajar berlapang dada. Kedua adalah, hindari sifat ingin menang sendiri. Saat ada pendapat lain yang lebih baik dari pendapat kita, haram hukumnya bagi kita dalam mempertahankan pendapat kita. Mengapa? Sebab hal ini bisa menimbulkan keonaran dalam diskusi. Ketiga, hindari berdiskusi dengan orang-orang yang hanya mencari kemenangan serta memiliki tabiat tidak baik. Sebab diskusi tidak akan pernah menemui ujung jika dilaksanakan dengan orang-orang semacam ini. Selain itu, dikhawatirkan tabiat itu menular pada pelaku diskusi yang lain. Karena tabiat itu merupakan perkara yang dapat menular. Juga, berdiskusi dengan mereka, dikhawatirkan akan menimbulkan permusuhan setelah perdebatan. Keempat, adalah tidak sungkan untuk mengatkan “Tidak tahu” atau “Belum tahu” jika dihadapkan pada sebuah pertanyaan yang memang kita belum tahu jawabannya. Syekh Muhammad bin Yahya, jika mendapatkan pertanyaan yang sulit, maka beliau akan menjawab seperti ini. “Apa yang kamu tanyakan masih belum kutemukan jawabannya dan akan kucari jawabannya. Sebab di atas orang yang berilmu masih ada orang yang berilmu lagi.”

                Terakhir, sebagai seorang manusia pembelajar, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk sering melakukan diskusi. Sebab dengan diskusi, maka ilmu dan pengetahuan kita akan bertambah. Selain itu, dengan diskusi, artinya kita sedang melakukan pengabdian pada ilmu. Dalam sebuah syair di kitab Ta’lim Muta’alim, terlantun seperti ini: Sesunguhnya suatu keharusan bagi ilmu, siapa yang mengabdi kepadanya (ilmu), maka semua orang akan mengabdi kepadanya (orang).
***

Rabu, 25 November 2015

Bejana Hati



Tidak boleh ada yang tahu tentang isi dari bejana hatimu. Tahan saja sekuat tenaga. Jika tidak kuat. Tetap tahan. Dan saat bejana hatimu tidak mampu membendung lagi. Biarkan dia keluar dengan perlahan. Tapi tidak lewat lidahmu. Arahkan dia agar menyelinap melalui celah di ujung matamu. Tidak apa-apa. Biarkan tetes demi tetes itu mengalir dengan perlahan. Lembut menyapa pipimu. Biarlah. Biarkanlah seperti itu.