(Bagian satu)
Apakah ada yang pernah mendengar
kalimat-kalimat seperti di bawah ini?
“Saya
malu. Kamu saja yang ngomong. Saya belum siap.”
“Saya
gak mau maju. Malu. Mau ngomong apa nanti di depan.”
“Sebenarnya
saya mau berpendapat. Tapi orang-orang di sini pada pinter. Saya jadi minder.”
Bagaimana? Ada yang sudah mendengar? Atau
Anda sendiri yang justru mengucapkan kalimat-kalimat sejenis itu? Hayooo,
ngakuuu.
(Bagian dua)
Baik. Sekarang kita masuk pada
kalimat-kalimat yang lainnya. Misalkan seperti ini.
“Badan
saya lemes euy. Males ngapa-ngapain nih. Kamu saja yang berangkat ya. Hari ini
saya gak ngaji dulu.”
“Sory
Bro, tadi saya gak ikut ngerjain tugas kelompok. Saya ketiduran. Lemas dan
ngatuk banget soalnya.”
Bagaimana? Apakah kalimat semacam ini pernah
juga keluar dari mulut Anda? Sepertinya pernah juga ya?!
(Bagian tiga)
Baik. Terakhir. Sekarang bagaimana dengan kalimat
yang di bawah ini?
“Padahal
dulu dia peringkat kelasnya di bawah saya. Tapi dia sekarang jauh lebih sukses
dari saya. Mungkin itu karena dia orangnya rajin baca buku. Coba jika dulu saya
rajin membaca, mungkin sekarang akan sama seperti dia.”
“Seandainya waktu bisa diulang, ingin rasanya
saya kembali kecil lagi. Saya akan ngaji setiap hari.”
“Menyesal
dulu gak serius belajar. Sumpah, nyesel banget.”
Jika boleh menebak, sepertinya kalimat
seperti di atas juga pernah keluar dari mulut Anda. Atau bahkan sering, hehe.
***
Oke. Sekarang coba kita bedah semua kalimat di
atas. Pada bagian satu, jika kita teliti, inti dari kalimat-kalimat itu adalah
rasa malu yang ada pada diri sang pembicara. Rasa malu yang disebabkan oleh
kurangnya rasa percaya diri dalam dirinya. Rasa percaya diri yang sesungguhnya
bisa timbul jika dia memiliki pengetahuan yang cukup untuk disuarakan.
Pada bagian dua. Jika kita cermati. Ucapan-ucapan
itu muncul karena kelelahan (kurang bugar) yang si pembicara rasakan. Sebab
kekurang bugaran fisiknya, akibatnya dia jadi melewatkan kesempatan baik yang
sesungguhnya akan sangat bermanfaat jika tidak dia lewatkan.
Kemudian, pada bagian tiga. Semua orang pasti
tahu. Penyebab dari keluarnya kalimat-kalimat itu pastinya adalah bernama
penyesalan. Sebuah penyesalan yang timbul karena masa lalu yang tidak digunakan
dengan baik.
Dan, Jika kita mau jujur untuk mencermati
ketiga peristiwa di atas, sesunguhnya penyebabnya hanya satu saja. adalah kemalasan.
Apa, malas!? Iya, MALAS! Jika tidak percaya, mari kita bahas bersama!
Jika saja orang pada (bagian satu) mau
melawan kemalasannya untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan yang akan
dia bicarakan. Kalimat yang akan keluar mungin bukan kata “malu” lagi.
Melainkan, “Siap! Saya siap untuk berpendapat. Sebab saya sudah memiliki
pengetahuan tentang tema ini. dan saya siap untuk membagikannya pada
rekan-rekan.”
Jika saja orang pada (bagian dua) ingin
sedikit melawan kemalasannya untuk keluar berolahraga. Boleh jadi tubuhnya akan
sedikit bugar, dan dengan kebugaran itu, dia akan mengatakan, “Oke. Badan saya
sedang enak nih. Jangankan pengajian di desa tetangga. Di ujung dunia pun saya
jabanin.”
Jika saja dulu, orang pada (bagian tiga)
menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin untuk belajar, dan berani melawan
habis-habisan rasa malas yang menyerang. Boleh jadi kalimat yang keluar bukan
lagi bernada penyesalan. Boleh jadi kalimat yang akan keluar jadi seperti ini.
“Alhamdulillah dulu saya giat
belajar. Sekarang baru terasa manfaatnya. Alhamdulillah
banget.”
Naaah, sampai sini Anda pasti sudah paham.
Sejatinya, rasa malu, lemah, juga penyesalan, itu merupakan hasil dari
kemalasan yang bersemayam di dalam jiwa kita. jika kita tidak ingin memiliki
nasib menyedihkan seperti pada contoh-contoh di atas, maka kita harus menendang
jauh-jauh rasa malas kita. Akan sulit pasti. Karena memang tidak ada jalan kebaikan
yang tidak sulit. Sebab itu adalah sunatullah.
Maka kita harus mati-matian untuk melawannya. Demikian. Wallahu ‘alam.
***
“Banyak
perasaan malu, lemah dan penyesalan manusia lahir dari kemalasan.”
(Syair dalam kitab Ta’lim Muta’allim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar