"Bro, saya hanya tidak ingin melihatmu meratap menyesali apa yang
sesungguhnya bisa kamu dapatkan. Patut kamu pahami, bahwa wanita akan
memilih laki-laki sederhana yang datang
kepadanya dibanding seorang pria tampan yang sebenarnya dia cintai tapi
hanya diam saja di tempat. Sekarang, bangunlah. Lalu kejar dia," ucap Mamat.
"Tidak perlu kamu tahu apakah ucapanku ini buah dari pohon kepahitanku
di masa lalu atau hanya sekedar pengetahuan dari buku-buku. Yang harus
kamu tahu, adalah isi di dalam dadamu," kata Mamat lagi. Aku tidak tahu
apa yang sedang dia tulis di laptopnya. Sebab tatapku enggan untuk
pindah dari langit-langit kamar.
"Sekarang,
buang malumu lalu ambil kesempatan, atau tetap diam di sini kemudian
menghabiskan sisa usia dalam laut penyesalan." Kudengar suara geseran
kursi. Mamat melangkah menghampiri pintu. Sepertinya dia akan ke toilet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar