Jumat, 22 April 2011
Muliakan Mereka
Dengan dalih ada tugas, aku meminta izin untuk tidak ikut materi ma’rifatulloh malam jum’at ini, pada kang Hakmal. Memang benar ada tugas, tapi bukan tugas kuliah atau tugas dari ustad DT, melainkan hanya tugas pribadi, yaitu menyelesaikan proyek novelku. Targetku untuk proyek ini adalah tiga ratus halaman. Sejauh ini aku baru menyelesaikan sekitar tujuh puluh halaman. Lumayan.
Selepas shalat isya, aku langsung pasang posisi di pojokan kamar. Alhamdulillah, Farhan menitipkan laptopnya untuk aku jagai. Sore tadi dia izin pulang kampung karena ada urusan keluarga yang mendadak. Jadi, mungkin dua atau tiga hari kedepan, aku dapat dengan tenang melanjutkan tulisanku.
“ Ko, saya nitip laptop, tolong jagain ya, kalau mau pake, pake aja, trus, kalau yang lain mau pinjem, pinjemin aja, tapi, kalau sudah dipake, langsung dirapihin dan disimpen lagi di lemari saya ya,” ujar Farhan sebelum dia pulang kampung.
“ Siap Han, oya, kalau saya pakenya sampe larut malam gimana? Boleh?” tanyaku. Farhan hanya menjawab dengan anggukan pertanda dia menyetujuinya.
Biasanya, kalau aku lagi menulis dengan media laptop, aku selalu sambil mendengarkan musik pake head phone, tapi kali ini tidak, bukan musik yang menemaniku, melainkan radio dari hapeku. Aku pasang volume yang pas, tidak terlalu keras juga tidak terlalu pelan. Agar aku bisa nyaman dalam menulis sekaligus nyaman dalam mendengarkan ilmu yang disampaikan oleh ustad Dudi. Beliau mewakili Aa Gym yang malam ini tidak bisa hadir karena sedang melaksanakan umroh.
SubhanAllah, sepertinya malam ini Allah merestuiku untuk menulis. Buktinya adalah situasi dan kondisi yang sangat memanjakan imajinasiku bisa meledak-ledak. Hujan turun dengan sangat deras. Sesekali petir meledak-ledak. Ketika petir itu meledak, radio di hapeku agak sedikit tidak jelas suaranya, mungkin karena gelombangnya terganggu dengan keberadaan petir tersebut. Angin terasa lebih dingin dari biasanya. Sengaja aku sedikit membuka jendela kaca yang bisa dibuka-ditutup, agar angin bisa masuk ke kamar dengan leluasa. Supaya tidak terlalu dingin, aku mengenakan jaket tebal warna hitam. Di belakang jaket itu terdapat tulisan PERSERANG. Jaket itu aku dapatkan sekitar tiga tahun yang lalu, ketika aku masih menggeluti dunia persepak bolaan. Ketika itu aku masuk tim perserang dan mengikuti kompetisi nasional tingkat usia dibawah delapan belas tahun.
Malam itu, aku menulis dengan sangat lancar. Jemariku tiada henti menghentak-hentakkan keyboard laptop. Sesekali aku tersenyum mesem karena lawakan ustad Dudi di sela-sela ceramahnya. Tidak jarang aku berhenti mengetik ketika mendengar ustad Dudi membahas suatu hal yang menurutku sangat penting. Dari pembukaan, ceramah ustad Dudi terdengar biasa-biasa saja. Namum, menjelang pertengahan, aku mulai tergoda. Beliau membahas bab munakahat, dari sisi persiapan pernikahan, bagaimana agar mendapatkan jodoh yang baik, bagaimana caranya memperlakukan wanita dengan baik, sampai pelajaran ketika kelak berkeluarga, yaitu seperti bagaimana hubungan suami dengan istri dan anak dengan orang tua yang baik.
Riuhan jemaah pengajian terdengar jelas di radio manakala ustad membahas hal-hal yang sedikit sensitif. Terkadang beliau menyinggung kaum Adam, juga begitupun terhadap kaum Hawa. Jika lelaki yang disinggung, jamaah wanita hanya sedikit tertawanya, namun berbeda dengan para laki-laki, jika tiba saatnya ustad menyinggung kaum perempuan, seakan tanpa ampun kaum Adam tertawa dan bersorak dengan sangat keras. Aku terbuai oleh ceramahnya ustad Dudi.
“ Untuk para laki-laki, hati-hati saat berinteraksi dengan wanita. Jangan sekali-kali memberikan perhatian lebih, apalagi perhatiannya itu hanya perhatian kosong. Ingat! Hati wanita itu lembut dan sensitif. Bisa-bisa, karena ulah kita yang tidak bertanggung jawab dengan hanya memberikan perhatian kosong, hidup mereka jadi berantakan. Jika sudah jatuh, wanita akan sangat sulit untuk bangkit kembalinya,” peringatan ustad Dudi kudengar lewat radio di hapeku.
“ Hati seorang wanita sangat mudah sekali tergores. Jika sudah tergores, hidup mereka akan hancur. Kasihanilah mereka dengan cara memperlakukan mereka sebaik mungkin. Perlakukan mereka layaknya kamu memperlakukan ibu dan saudara perempuanmu, karena mereka sama-sama wanita. Coba bayangkan! Apakah kita rela jika ada seorang laki-laki yang memperlakukan ibu atau saudara perempuan kita dengan tidak baik, atau bahkan menghancurkannya. Apakah kita rela!”
Hatiku tersentak. Sungguh-sungguh tersentak. Apakah selama ini aku pernah melakukan hal yang telah diucapkan ustad Dudi? Secara sengaja ataupun tidak, apakah aku pernah, atau sedang melakukannya? Aku terdiam di hadapan laptop. Jemariku berhenti mengetik. Wajahku tertunduk lesu. Adakah aku melakukan hal yang demikian? Adakah aku melakukan hal yang demikian??!! Semenjak ustad Dudi mengucapkan perkataan yang membuat hatiku terpukul, tidak satu tuts keyboard pun yang aku tekan. Aku termenung hingga ceramahnya berakhir. Hingga ceramahnya benar-benar berakhir.
Penyiar radio MQ FM memutar sebuah lagu islami. Lagu itu mengalun dengan sangat merdu. Melodinya seolah menyelinap ke setiap labirin-labirin hatiku, mencoba untuk menghibur kegelisahan yang aku rasakan. Namun, di pertengahan, lagu itu terputus, hapeku bergetar, ada SMS masuk. Aku pandangi layar hapeku. Entah mengapa, berat rasanya untuk aku membuka SMS masuk itu. Belum sempat kubuka, ada SMS lagi yang masuk. Satu, dua, tiga lagi SMS masuk. Kulihat, ke empat SMS itu datangnya dari teman-temanku. Mereka semua perempuan. Satu kawan semasa SMP, dan sisanya teman satu program santri DT, yaitu PPM. Kawan SMP ku menanyakan kabar diriku, sementara tiga SMS tersisa, inti dari isinya sama, yaitu menasihatiku.
( ... kang Niko, bijak-bijaklah dalam bertindak, hati-hati dalam memberikan perhatian pada akhwat ya... )
( ... faham dengan kesimpulan ceramah ustad tadi? Lain kali, jangan kirim puisi pada akhwat lagi ya. Apalagi jika akang tahu akhwat itu menaruh perasaan pada akang. Meskipun SMSnya itu biasa-biasa saja, hati-hati ya kang... )
( ... mohon maaf sebelumnya, saya SMS seperti ini demi kebaikan semuanya. Tolong jaga hijab kalau berinteraksi dengan para akhwat. Dengan semuanya, dengan akhwat manapun...)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bagus, dan lanjutkan!!!
BalasHapussmoga potongan sms dari tmen antum itu, adlh slsatu jalan untuk antum bs lbih mnjaga dan tau arti hijab sbenarnya.... slmat brjuang!!!
aku suka tulisannya....
makasih wanita shalehah...
BalasHapusmohon do'anya ya...