“A.
Kalo menurut Aa, tempat yang paling indah itu dimana?” Putri bertanya untuk
yang kesekian kalinya. Malam ini Putri memang lebih mendominasi perbincangan.
Mungkin karena Adam merasakan lelah yang lebih dari hari-hari sebelumnya.
Jemari Putri bermain di dada Adam.
“Surga,”
jawab Adam cepat. Hanya satu detik setelah tanya sang istri.
Putri
mendongakan kepalanya bermaksud menatap wajah sang suami. “Maksud Neng itu
tempat yang ada di dunia, A. Lagian, emang Aa sudah pernah liat surga?” Putri
sedikit protes.
“Aa
memang belum pernah lihat surga, tapi setidaknya Aa bisa membayangkannya dari
ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang gambaran surga,” Adam menjelaskan
alasan dari jawaban sebelumnya.
Kepala
Putri masih mendongak. Tatapnya masih pada wajah Adam.
“Walaupun
memang Aa tahu, jika bayangan indah Aa tentang surga itu masih belum ada
apa-apanya jika dibandingkan dengan surga yang sebenarnya,” Adam menambahkan
jawabannya.
Putri
diam. Kali ini dia menyerah pada argumen sang suami. Putri kembali menormalkan
posisi kepalanya. Jemarinya kembali bermain di dada Adam.
“Iya
deh...,” Putri mengakui kekuatan kalimat sang suami. “Untuk tempat yang ada di
dunia gimana? Mana yang menurut Aa paling indah?”
“Mmmm,”
Adam melipat keningnya hingga menjadi bergelombang. “Apa ya?”
Putri
kembali mendongakan kepalanya. “Pasti pantai ya?” dia mencoba menebak.
“Mmm,
pantai bagus, tapi bukan yang terbaik kalo menurut Aa.”
“Oya,
pasti sawah ya? Aa kan suka kalo melihat pemandangan persawahan,” tebakan Putri
diakhiri dengan sebuah senyuman.
“Sawah
indah, tapi bukan yang terbaik juga.”
“Terus
apa?”
“Mmmm,
apa ya?” Adam berpikir. Putri menunggu jawaban. “Kalo untuk tempat terbaik
kedua sepertinya sekolah.”
“Sekolah?”
“Iya.”
“Alasannya?”
“Karena
disana Aa bisa melakukan salah-satu kegiatan yang paling Aa sukai, yaitu
mengajar,” Adam menatap wajah Putri. Dia tersenyum.
“Mmmm,”
Putri manggut pelan. Muka bagian kanannya bergeser lembut di dada Adam. “Oya,
kalo yang paling indahnya?” Putri mendongak lagi.
“Mmmm,
kasih tahu gak ya...,” Adam masih mencoba menggoda Putri disela-sela rasa
lelahnya.
“Iiiiih.
Kasih tahu atuh...,” Putri merengek manja. Dia mencubit pinggang sang suami.
Tubuh Adam bergidik karena cubitan wanita di pelukannya.
“Kasih
tahu gak ya.....,” sekali lagi Adam menggoda.
“Iiiiiih!”
lagi-lagi Putri mendaratkan cubitannya.
“Nanti
atuh InsyaAllah besok Aa kasih
tahunya ya.”
“Sekarang!”
“Besok
aja ya, soalnya Aa sudah ngantuk berat nih.”
Putri
lebih mendongakan kepalanya. Dia bermaksud untuk memaksa sang suami untuk
mengeluarkan jawabannya sekarang juga. Namun, maksud itu lenyap saat pandangan
Putri terfokus pada wajah sang suami yang tampak lelah. Memang, hari ini Adam
pulang dari sekolah lebih sore dari biasanya.
Putri
luluh oleh wajah lelah Adam. Dia berhenti memaksa. Wajahnya kembali mendarat
pada dada sang suami. Dia merangkul tubuh tegak di sampingnya. Lalu perlahan
menutupkan kedua kelopak matanya. Dan, tanpa Putri sadari, Adam melukis sebuah
senyum nakal di kanvas bibirnya. Dia berhasil mengelabui istrinya. Meski lelah
sebagaimanapun, sesungguhnya bukan perkara yang sulit hanya untuk mengeluarkan
satu kalimat saja. Adam kembali tersenyum dalam pejam matanya. Sabar Neng, InsyaAllah besok Aa akan berikan
jawaban itu. ujar Adam dalam hati.
***
Sebuah
pagi yang menakjubkan. Aroma udaranya segar menyapa rongga dada Adam. Tapi
tidak demikian dengan Putri. Sesak di dalam dadanya tergambar jelas dari wajahnya
yang cemberut di hadapan sang suami. Tidak seperti kemarin yang cerah ceria
ketika melepas sang suami berangkat mengajar. Penyebabnya hanya satu. Karena
saat di meja makan tadi, Adam belum mau memberikan jawaban atas pertanyaannya
yang semalam.
Putri
mencium punggung tangan Adam. Adam membalas dengan sebuah kecupan pada kening
Putri. Namun, tetap saja muka Putri belum berubah. Masih menekuk. Putri masih
merasa kesal. Jika saja bukan karena janji diantara mereka, sesungguhnya Putri
enggan untuk melakukan kebiasaan menjelang keberangkatan Adam ini. Ya, mereka
memang telah mengikat janji untuk selalu melakukan prosesi cium tangan dan kecup
kening saat hendak bepergian. Tujuannya adalah untuk menjaga kemesraan diantara
sepasang suami-istri itu. Dan benar saja. Jurus yang satu ini begitu terasa
manfaatnya ketika berada pada situasi yang semacam pagi ini. Setidaknya, jurus
ini bisa sedikit meredam gejolak yang ada pada dada Putri.
Adam
melangkah menghampiri si putih. Motor vespa warna putih itu siap untuk
mengantar sang juragan menuju medan jihadnya.
***
Menjelang
waktu ashar. Matahari sudah condong ke arah barat. Suhu bumi tidak sepanas satu
atau dua jam yang lalu. Sinarnya yang beberapa jam lalu itu menyengat kulit,
kini sudah tidak lagi. Sinar lembut itu lebih cenderung mampu menenangkan.
Lebih bisa membuat nyaman setiap kulit yang menerima pancarannya.
Putri
duduk santai di sofa ruang tengah. Dia sedang membaca sebuah buku.
Bunyi
hape membuyarkan konsentrasi Putri. Ada sebuah pesan masuk. Putri membuka pesan
itu.
Neng, sekarang Aa sedang ada di tempat yang
paling indah di dunia.
Isi pesan
dari Adam. Belum satu menit, sebuah
pesan datang lagi.
Neng mau tahu dimana tempat itu?... :-)
Putri
hendak mengetik balasan. Jemarinya menari di keypad hape.
TUK
TUK TUK
Belum
selesai Putri mengetik, ada suara ketukan pintu di depan. Putri menoleh pada
pintu depan.
TUK
TUK TUK
Putri
menyimpan hape di atas sofa. Kemudian dia beranjak menghampiri pintu.
TUK
TUK TUK
Siapa
yang mengetuk pintu? Tidak ada kalimat salam yang Putri dengar. Mungkin ini
tamu dari jauh. Pikir Putri sesaat sebelum membuka pintu.
Tangan
kanan Putri menggenggam pegangan pintu. Dia menariknya ke bawah. Hampir
bersamaan dengan itu, pintu terbuka. Putri terkejut saat menatap sesosok
laki-laki di hadapannya.
“Lho!”
sebuah kata pendek itu mewakili keheranan Putri.
Seorang
laki-laki di hadapan Putri melebarkan kedua ujung bibirnya. Dia tersenyum.
Sementara Putri masih mematung di dekat pintu. Seorang laki-laki itu melangkah
mendekat pada Putri. Dia menjulurkan tangannya. Masih dengan bingkai wajah yang
heran Putri menyambut tangan itu, lalu mencium punggungnya. Tiga detik
berikutnya giliran sang pemilik tangan yang mengecup kening Putri.
“Di
sinilah tempat yang paling indah itu. Bagi Aa, ini adalah surga dunia. Tidak
ada tempat yang lebih nyaman dari tempat ini. Rumah kita,” bisik Adam pada
telinga sang istri. “Selain itu, di sini juga ada bidadarinya. Bidadari itu
selalu mencium tangan Aa ketika Aa datang maupun ketika Aa pergi. Dia adalah
seorang bidadari surga yang sengaja Allah turunkan ke dunia hanya untuk menemani
Aa,” bisik Adam lagi pada Putri.
Putri
tersenyum. Kedua bola matanya berkaca-kaca. Tidak ada kata ataupun kalimat yang
mampu dia keluarkan. Sebab sehebat apapun kalimat yang nanti akan keluar, itu
tidak akan pernah mampu untuk mewakili sebuah rasa yang kini Putri rasakan. Hanya
sebuah pelukan yang mungkin bisa mewakili perasaan itu.
Putri
menabrakan tubuhnya pada tubuh tegap Adam. Dia memeluk sang suaminya. Sebuah
pelukan yang sangat erat.
***