Senin, 03 Mei 2010

Cermin


Tadi, sebelum saya menulis tulisan ini, saya tersenyum sendiri mengingat kejadian yang pernah saya alami. Kejadian ini terjadi ketika saya masih menjabat sebagai guru honor di sekolah dasar yang juga tempat saya menuntut ilmu dulu. Sebenarnya kejadian ini sepele, sangat sepele malah. Akan tetapi sangat membekas di hati saya, hingga detik inipun saya belum bisa untuk melupakannya, mungkin sampai kapanpun saya tidak akan pernah bisa melupakan peristiwa unik ini. Setelah peristiwa itu terjadi, ada yang berubah dari sikap saya, meskipun hanya sedikit, akan tetapi perubahan itu sangat berharga untuk saya.

Peristiwa unik itu adalah sebagai berikut.

Pagi ini cuaca sangat cerah. Awan cirro-cumulus terlihat mengkilat bak mutiara. Para siswa Sekolah Dasar Negeri Cipacung sudah berada diruangan dan siap untuk belajar. Beberapa guru berjalan keluar ruangan untuk segera mengajar dan beberapa guru tersisa masih bergelut dengan buku-bukunya.

Mata saya masih terasa berat, karena hampir semalaman saya mengerjakan tugas dari bapak kepala sekolah. Saya disuruh untuk menyalin semua data-data sekolah. Malam tadi saya hanya tidur tiga jam. Jika tidak ingat akan betapa sulitnya orang tua mencari uang untuk biaya sekolah anaknya, berharap bisa tumbuh menjadi orang sukses dan bisa mengangkat derajat keluarga. Jika tidak ingat akan hari dikumpulkannya semua umat manusia dari Nabi Adam As, sampai manusia terakhir yang pernah hidup di muka bumi ini di padang mahsyar kelak, dengan tujuan mempertanggung jawabkan semua perbuatan yang telah dilakukan, ingin rasanya saya menggunakan waktu mengajar saya dengan sedikit melepas lelah. Karena pertimbangan-pertimbangai itu saya urungkan niat untuk berleha-leha.

Saya tutup buku paket pelajaran bahasa inggris yang telah dibaca. Bergegas saya berjalan keluar ruangan. Hari ini jadwal saya mengajar pelajaran bahasa inggris kelas enam. Beberapa langkah sebelum keluar dari ruang guru, mata saya tertuju pada sebuah cermin yang tertempel di dinding dekat pintu. Ingin rasanya saya gerakan kaki barang dua atau tiga langkah saja guna melihat penampilan saya di dalam cermin itu, mengingat sekarang saya akan mengajar kelas enam, kelas yang mana para siswanya sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dan yang paling penting adalah para siswinya sudah bisa menilai kadar penampilan seseorang. Karena di ruangan ini masih ada beberapa guru (sebagian guru adalah guru saya ketika masih sekolah di sekolah dasar ini), yang mungkin akan memperhatikan ketika saya sedang bercermin dan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengatakan," Ih..... Bapak guru muda genit nih.....", takut seandainya semua kemungkinan itu terjadi, akhirnya saya urungkan niat untuk bercermin. Bergegas saya melanjutkan perjalanan guna menjalankan kewajiban saya sebagai seorang guru.

" Good morning class," ku ucapkan sambil berjalan menuju meja guru dan dibarengi dengan angkatan tangan kanan pertanda memberi salam.

" Good morning, Sir....." jawab siswa berbarengan.

Setelah basa-basi sedikit, saya mencoba menanyakan materi pelajaran yang pernah saya ajarkan. Saya tanya mereka satu persatu, Alhamdulillah, sebagian besar dari mereka dapat mengingat pelajaran terdahulu dan hanya beberapa siswa saja yang tidak bisa menjawab. Sepintas pandangan saya tertuju pada seorang siswa yang paling pintar di kelas ini. Selain menjabat sebagai siswa paling pintar, dia juga merangkap sebagai siswi yang paling cantik. Untuk menguji kepintarannya itu, saya berikan dia pertanyaan yang sedikit sulit dan menantang.

" Tepat. Bagus, jawabannya sempurna," puji saya kerena jawabannya benar.

Terlihat siswi itu tersenyum menatap wajah saya. Setelah saya perhatikan, senyumannya berbeda dengan senyuman terima kasih karena sudah disanjung. Senyumannya misterius dan berbau sedikit keganjilan untuk ukuran usianya. Tanpa banyak pikir lagi, saya ajarkan materi baru yang telah saya pelajari. Detik berganti detik dan menitpun terus berlalu. Tanpa disadarai bel pertanda pergantian pelajaran berbunyi.

TEEEET TEEEEEEET TEEEEEEEEEEEET

" Jangan lupa pekerjaan rumahnya diselesaikan ya!!!" Saya mencoba mengingtkan mereka.

" Baik, Pak......" sahut mereka berbarengan.

" See you next lesson," Saya menutup kelas. Sepintas saya melihat siswi itu tersenyum lagi pada saya. Saya membalas senyuman dia.

Sepanjang perjalanan menuju ruang guru, pikiran saya selalu tertuju pada senyuman misterius yang diberikan siswi kelas enam tadi. " Ah, mungkin ketika dia sedang tersenyum tadi, dia memikirkan hal yang sama dengan siswi kelas lima kemarin," pikir saya dalam hati. Ya, Kemarin jadwal saya mengajar kelas lima dan mengalami kejadian yang hampir serupa dengan kejadian tadi, yang sedikit membedakan adalah kalau siswi kelas lima, setelah dia melayangkan senyumannya, dia membisikan sesuatu kepada teman sebangkunya. Tanpa dia sadari, sayup-sayup saya mendengarkan bisikan itu. Bisikan itu kurang lebih berbunyi seperti ini," Buah nangka buah duren, 'gak nyangka bapak guru muda keren."

Satu langkah memasuki ruang guru, saya berhenti. Saya perhatikan situasi dan kondisi ruangan. Kepala saya celingukan. Kugerakan mata ke kanan dan ke kiri secara bergantian, laksana mata scoby doo yang akan mencuri makanan lezat.

" Asyik sepi," ucap saya sumringah dalam hati.

Tanpa banyak pikir lagi, saya geser kaki ke samping kiri dua langkah. saya balikan badan pada sebuah cermin yang saya belakangi. Akhirnya, bisa juga saya melihat penampilan saya di cermin impian ini. Saya perhatikan wajah dan penampilan saya di cermin yang berukuran empat puluh lima kali tujuh puluh senti meter itu.

" Astaganaga," ucap saya lirih. Bersamaan dengan melihat wajah, saya melihat sebuah benda yang berukuran kecil. Jika ditimbang mungkin berat dari benda itu kurang lebih mencapai satu atau dua gram-an. Benda itu berwarna kuning keemasan. Seakan tidak percaya dengan apa yang sedang saya lihat, saya perhatikan benda itu dengan seksama. Saya perhatikan lagi. Ternyata benda itu terletak di ujung samping dalam mataku.

TIDAK
TIDAAAAAAAK
TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAK

Dalam hati saya berteriak," MULAI HARI, JAM, MENIT, DAN DETIK INI JUGA, SAYA TIDAK AKAN MALU LAGI UNTUK BERCERMIN, MESKIPUN SEMUA PENDUDUK DUNIA AKAN MEMPERHATIKAN SAYA, TITIK."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar