Minggu kemarin, saya pernah mencoba masuk peneropongan bintang
Bosscha, Lembang. Setelah mengayuh ribuan kali dari asrama tempat tingga saya
di daerah Cihanjuang, Parongpong, menuju Bosscha, Lembang. Ternyata keinginan
saya terhalangi oleh sebuah kata yang menggantung di pintu gerbang. “TUTUP”.
Seperti yang sudah saya kisahkan pada tulisan sebelumnya, akhirnya saya balik
dengan tidak berhasil ke tujuan. Meski sesungguhnya ada hal lain yang tetap
saya peroleh selama perjalanan menuju keinginan itu.
Sabtu pagi, selepas pengajian subuh, saya berniat menuntaskan rasa
penasaran saya untuk menginjakan kaki di Bosscha. Saya kembali mengayuh
sepedah. Ribuan kali kayuhan, bahkan mungkin lebih. Meluncur perlahan membelah
jalan tanjakan menuju Lembang. Tubuh bermandikan keringat. Baju kuyup olehnya.
Dan kemudian, lelah itu berakhir dengan sebuah senyuman. Akhirnya saya bisa
tiba di keinginan yang sudah seminggu lalu saya idam-idamkan. Bosscha. Sekali
lagi saya tuliskan, Bosscha. Ya, Bosscha.
Sambil menyecap udara segar di sekitar Bosscha, terbersit sebuah
perenungan. Sekiranya saya berhenti untuk mencoba lagi, mungkin tidak akan
pernah ada episode kaki saya bisa menginjak tanah ini (Bosscha). Pelajaran kali
ini adalah tentang mencoba. Tidak peduli berapa kali gagal, yang penting adalah
terus mencoba. Lagi dan lagi.
Teringat kisah tentang seorang wanita dengan sorang anak yang
ditinggalkan suaminya. Meski keadaan seperti menghimpit kehidupannya, selama
nafas masih berhembus, dia tetap harus melanjutkan hidup. Berbagai upaya
dilakukan oleh wanita itu untuk menghidupi diri dan seorang anaknya. Satu dari
percobaan itu adalah menulis. Dia menginvestasikan sebagian waktunya untuk
menulis. Menulis cerita. Kata demi kata dia rangkai menjadi kalimat. Kalimat menjadi
paragraf. Dan paragraf-paragraf itu saling mengait hingga menjadi sebuah buku.
Setelah selesai, wanita itu mengirimkan bukunya ke sebuah penerbit. Lantas apa
hasil dari banyak waktu, tenaga dan pikiran yang telah dia korbankan? Apakah
ceritanya diterima penerbit lantas dicetak dan tersebar di toko buku? Kemudian
banyak penikmat cerita yang memborong bukunya? Jawabannya adalah tidak! Naskah
yang wanita itu tawarkan ditolak mentah-mentah oleh penerbit. Yang menyedihkan
lagi, karyanya tidak dihargai, bahwa ceritanya dipandang sebagai kisah yang
ngawur. Hanya sebuah hayalan belaka.
Kemudian apa yang dilakukan oleh sang wanita itu dengan naskahnya?
Apakah dibakar? Atau dibuang ke tong sampah? Atau hanya di simpan di pojokan
sebagai penambah aksesoris rumah hingga tebal oleh debu? Tidak! Yang dia
lakukan adalah kembali mengirimkan naskahnya ke penerbit lain. Meski jawabannya
masih sama. Adalah penolakan. Kemudian, apakah dia menyerah? Ternyata tidak.
Wanita itu kembali mengirimkan ceritanya ke penerbit lain lagi. Meski
jawabannya tetap sama. Ditolak. Lalu dia kirim lagi. Dan ditolak lagi. Lagi dan
lagi.
Saat itu, dua belas kali sudah naskah ceritanya ditolak penerbit.
Tapi apa yang wanita itu lakukan selanjutnya? Jawabannya sudah bisa ditebak.
Adalah mencoba lagi. Usaha kerasnya berbuah hasil. Pada percobaannya yang
ketiga belas. Ada satu penerbit yang menerima naskahnya. Singkat cerita, apa
yang terjadi dengan naskah itu dan penulisnya? Naskah itu berubah dari buku
yang ditolak berkali-kali oleh penerbit menjadi buku cerita terlaris di muka
bumi. Dan si wanita penulisnya menjelma menjadi orang super kaya. Sekarang,
buku itu kita kenal dengan buku “Harry Potter”. Dan wanita itu adalah “JK.
Rowling”. Seorang wanita yang konon katanya, kekayaan dari royalti bukunya
melebihi pundi-pundi milik Ratu Elizabeth. Ratu yang memimpin negara dimana dia
tinggal, yaitu Inggris. Waw! Amazing saya pikir.
Sering saya berandai-andai. Sekiranya JK. Rowling itu berhenti pada
percobaan pertamanya, atau pada percobaan kedua, ketiga, keempat, atau bahkan
pada percobaan kedua belasnya. Mungkin tidak akan pernah ada yang namanya buku
Harry Potter. Serta tidak akan pernah kekayaannya melampaui kekayaan sang
Ratunya. Mungkin hari ini dia masih bergelut dengan kehidupan sulitnya.
Sekali lagi saya tuliskan. Pelajaran kali ini adalah tentang
mencoba. Tidak peduli berapa kali kita menemui kegagalan. Tetap terus mencoba.
Sebab kita tidak tahu, pada percobaan keberapa kita akan menemui keberhasilan.
Boleh jadi saat kita menyerah pada percobaan kesekian, padahal keberhasilan
sedang duduk manis menunggu kita di percobaan selanjutnya. Sayang sekali jika
memang seperti itu. Kita berhenti hanya pada jarak satu langkah saja dari
impian kita. satu langkah saja.
Terus mencoba. Mencoba lagi. Lagi dan lagi. Bergerak menuju impian
kita. Dia sedang duduk manis menunggu kita. Apakah akan kita sia-siakan dia?
Tentu tidak kan?! Untuk itu. mari mencoba lagi. Lagi dan lagi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar