Senin, 30 Oktober 2017

Penghargaan Kecil

Berbekal sebuah kalimat seorang guru saat berbincang di kantor.

"Kelas sepuluh IPS tholib sekarang baik-baik. Beda dengan sebelum-sebelumnya," ujar seorang ibu guru.

CLING!

Sontak saya berhenti menulis. Pandangan beralih ke sumber suara. Ibu Wulastrina. Ya, kalimat ini dilantunkan sangat manis oleh Ibu Wulastrina. Yang biasa kami panggil Ibu Lastri, atau juga ustadzah Lastri.

Perlahan bibir saya melebar. Tersenyum diam-diam. Sebuah senyum bukan untuk siapa-siapa. Hanya senyum pertanda ada sebuah ide berkilau di dalam kepala. Akan saya gunakan kalimat ibu Lastri sebagai amunisi untuk membelai lembut hati anak-anak saya. Yang tiada lain adalah kelas sepuluh IPS yang barusan dibicarakan ibu Lastri. Tahun ini saya dapat amanah menjadi wakil orang tua untuk anak-anak kelas X IPS 1.

Pada dasarnya, siapapun suka jika dirinya dipuji. Meski pujian itu kecil dan sederhana. Seperti penghargaan verbal setelah mereka melakukan sebuah kebaikan. Biasanya, pujian itu akan menjadi pemancing untuk kebaikan-kebaikan berikutnya. Setidaknya begitulah yang saya tahu.

***

"Saya ada kabar baik untuk teman-teman semua. Untuk kelas kita," saya beri jeda. Sengaja. Supaya mereka penasaran.

Dua puluh lima pasang mata menatap saya serempak. Menunggu kalimat saya selanjutnya.

"Saya harap kabar baik ini cukup menjadi rahasia kelas kita saja."

Mereka masih diam memandang saya.

"Sepakat?" Saya menegaskan.

"Sepakaaaaaat," jawab anak-anak bersamaan.

"Begini. Kemarin saya dapat kabar dari beberapa pengajar yang sudah masuk kelas ini. Katanya, kelas IPS sekarang baik-baik. InsyaAllah lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Bahkan, jika tidak salah dengar, katanya kelas ini lebih baik dari kelas baru lainnya."

Pelan-pelan senyum melengkung di bibir setiap anak. Melihat itu, bibir saya ikut melebar.

"Saya harap anggapan baik ini bisa menjadi pelecut bagi teman-teman untuk menjadi lebih baik lagi. Jika pun misalkan salah, semoga ini dapat menjadi motivasi bagi teman-teman untuk menjadikan anggapan itu menjadi nyata."

Anak-anak masih khusuk melihat saya.

"Sepakat?!"

"Sepakaaaaat!!!!" Ucap anak-anak berjamaah. Bahkan ada beberapa anak yang mengepalkan dan mengangkat tangan. Layaknya para mahasiswa yang tersulut semangatnya oleh pimpinan demo.

Alhamdulillah. Semoga pujian sederhana pada hari ini dapat menjadi penyengat mereka dalam melakukan hal baik lainnya. Semoga.

Saya akhiri kelas dengan mengingatkan anak-anak tentang kerapihan tata ruang dan kebersihan kelas. Juga tidak lupa saya ingatkan tentang program adiwiyata yang akan memberikan award kepada kelas paling rapih dan bersih.

***

Beberapa hari selepas saya sampaikan pujian, matahari kembali terbit di kelas kami. Sebuah pujian kembali hadir dari seorang guru. Adalah bapak Imam, atau Ustadz Imam. Beliau adalah penanggung jawab adiwiyata. Pujian itu sangat sederhana. Tapi saya yakin. Pujian kecil ini teramat sangat berarti bagi anak-anak saya.

"Kelas sepuluh IPS sudah bagus". Puji Pak Imam di grup whatsapp guru SMA. Tema pembicaraan saat itu adalah kebersihan kelas.

Binggo!

Segera! Segera akan saya sampaikan pujian ini pada anak-anak. Semoga setelah nanti saya sampaikan, akan ada keajaiban lagi yang bisa mereka ciptakan. Semoga.

Point penting yang ingin saya sampaikan pada tulisan singkat ini hanya satu saja. Bahwa terkadang sebuah pujian kecil itu dapat menjadi penyemangat dalam melakukan kebaikan lainnya. Semoga ini dapat menjadi pelajaran buat kita semua. Demikian.

* Jum'at, 28 Juli 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar