Berbekal sebuah kalimat seorang guru saat berbincang di kantor.
"Kelas sepuluh IPS tholib sekarang baik-baik. Beda dengan sebelum-sebelumnya," ujar seorang ibu guru.
CLING!
Sontak saya berhenti menulis. Pandangan beralih ke sumber suara. Ibu
Wulastrina. Ya, kalimat ini dilantunkan sangat manis oleh Ibu
Wulastrina. Yang biasa kami panggil Ibu Lastri, atau juga ustadzah
Lastri.
Perlahan bibir saya melebar. Tersenyum diam-diam.
Sebuah senyum bukan untuk siapa-siapa. Hanya senyum pertanda ada sebuah
ide berkilau di dalam kepala. Akan saya gunakan kalimat ibu Lastri
sebagai amunisi untuk membelai lembut hati anak-anak saya. Yang tiada
lain adalah kelas sepuluh IPS yang barusan dibicarakan ibu Lastri. Tahun
ini saya dapat amanah menjadi wakil orang tua untuk anak-anak kelas X
IPS 1.
Pada dasarnya, siapapun suka jika dirinya dipuji. Meski
pujian itu kecil dan sederhana. Seperti penghargaan verbal setelah
mereka melakukan sebuah kebaikan. Biasanya, pujian itu akan menjadi
pemancing untuk kebaikan-kebaikan berikutnya. Setidaknya begitulah yang
saya tahu.
***
"Saya ada kabar baik untuk teman-teman semua. Untuk kelas kita," saya beri jeda. Sengaja. Supaya mereka penasaran.
Dua puluh lima pasang mata menatap saya serempak. Menunggu kalimat saya selanjutnya.
"Saya harap kabar baik ini cukup menjadi rahasia kelas kita saja."
Mereka masih diam memandang saya.
"Sepakat?" Saya menegaskan.
"Sepakaaaaaat," jawab anak-anak bersamaan.
"Begini. Kemarin saya dapat kabar dari beberapa pengajar yang sudah
masuk kelas ini. Katanya, kelas IPS sekarang baik-baik. InsyaAllah lebih
baik dari sebelum-sebelumnya. Bahkan, jika tidak salah dengar, katanya
kelas ini lebih baik dari kelas baru lainnya."
Pelan-pelan senyum melengkung di bibir setiap anak. Melihat itu, bibir saya ikut melebar.
"Saya harap anggapan baik ini bisa menjadi pelecut bagi teman-teman
untuk menjadi lebih baik lagi. Jika pun misalkan salah, semoga ini dapat
menjadi motivasi bagi teman-teman untuk menjadikan anggapan itu menjadi
nyata."
Anak-anak masih khusuk melihat saya.
"Sepakat?!"
"Sepakaaaaat!!!!" Ucap anak-anak berjamaah. Bahkan ada beberapa anak
yang mengepalkan dan mengangkat tangan. Layaknya para mahasiswa yang
tersulut semangatnya oleh pimpinan demo.
Alhamdulillah. Semoga pujian sederhana pada hari ini dapat menjadi penyengat mereka dalam melakukan hal baik lainnya. Semoga.
Saya akhiri kelas dengan mengingatkan anak-anak tentang kerapihan tata
ruang dan kebersihan kelas. Juga tidak lupa saya ingatkan tentang
program adiwiyata yang akan memberikan award kepada kelas paling rapih
dan bersih.
***
Beberapa hari selepas saya sampaikan
pujian, matahari kembali terbit di kelas kami. Sebuah pujian kembali
hadir dari seorang guru. Adalah bapak Imam, atau Ustadz Imam. Beliau
adalah penanggung jawab adiwiyata. Pujian itu sangat sederhana. Tapi
saya yakin. Pujian kecil ini teramat sangat berarti bagi anak-anak saya.
"Kelas sepuluh IPS sudah bagus". Puji Pak Imam di grup whatsapp guru SMA. Tema pembicaraan saat itu adalah kebersihan kelas.
Binggo!
Segera! Segera akan saya sampaikan pujian ini pada anak-anak. Semoga
setelah nanti saya sampaikan, akan ada keajaiban lagi yang bisa mereka
ciptakan. Semoga.
Point penting yang ingin saya sampaikan pada
tulisan singkat ini hanya satu saja. Bahwa terkadang sebuah pujian kecil
itu dapat menjadi penyemangat dalam melakukan kebaikan lainnya. Semoga
ini dapat menjadi pelajaran buat kita semua. Demikian.
* Jum'at, 28 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar