Belum genap satu hari aku berada di Bandung lagi. Kemarin sore, sekitar jam lima-an aku tiba di kota kembang ini. Satu minggu terasa cepat berlalu begitu saja. Liburan kali ini aku belum cukup merasa puas. Masih tersisa banyak program-program yang ingin aku lakukan di kampung halamanku tercinta. Namun mengingat waktu yang bentrok dengan kuliah, terpaksa aku tunda dahulu program-program tersisa yang telah aku susun jauh-jauh hari itu. Mudah-mudahan pada liburan mendatang aku bisa menjalankan semuanya, amin.
Pada liburan kemarin, aku hanya membawa tiga pasang baju. Dua pasang kaos biasa dan satu pasang lagi pakaian resmi, takut-takut ada acara mendadak yang mengharuskan aku memakai pakaian resmi. Beberapa hari keberadaanku di kampung, ternyata dugaanku itu benar, teman wanita sekolah dasarku menikah. Namun, karena aku sudah mengantisipasi hal tersebut, aku jadi tidak direpotkan dengan kejadian ini. Ibarat pepatah mengatakan sedia payung sebelum hujan, dan pada peristiwa yang sudah terjadi ini, alhamdulillah aku sudah menyiapkan payung tersebut.
Karena baju yang aku bawa tidak sesuai dengan jumlah hari libur yang ada, maka aku harus berusaha sesegera mungkin untuk langsung mencuci baju kotor yang sudah aku pakai. Semua ini dilakukan untuk mengantisipasi tidak adanya baju bersih yang bisa aku gunakan. Namun, dalam hal ini, aku tidak perlu terlalu pusing untuk memikirkannya, karena baju-baju itu sudah ada yang mencucikan, malaikat itu adalah adikku tercinta.
"Biar Adek aja yang nyuciin baju AA," begitu pinta Dini, adikku, kepadaku. Karena aku adalah salah satu dari sekian banyak orang di muka bumi ini yang menganut faham tidak baik menolak rezeki, maka dengan senang hati aku penuhi permintaan adikku itu.
Setelah aku perhatikan, hasil cucianku dengan hasil cuciannya adikku, jika dibandingkan, hasilnya sangat jauh. Cucian dia benar-benar sangat bersih, sampai-sampai aku heran dibuatnya. Apakah ini karena dia memang pandai mencuci ataukah akunya yang belum bisa mencuci. Padahal setiap kali mencuci, aku selalu menggunakan deterjen berkekuatan sepuluh tangan.
Ngomongin masalah cuci-mencuci, aku jadi teringat ketika sedang mencuci handukku yang sangat kotor. Karena saking kotornya, harus beberapa kali aku membilasnya. Aku bilas lagi. aku kucek lagi. Dibilas lagi. Dikucek lagi. Kuperas-peras. Ku banting-banting. Diperas lagi. Di banting lagi, sampai lelah aku dibuatnya. Namun, yang menjadi inti dari tulisanku kali ini adalah bukan masalah susahnya mencuci handuk yang kotor, akan tetapi hikmah yang dapat diambil dari mencuci handuk ataupun pakaian lain yang kotor itu.
Sejenak kita bayangkan diri kita sedang berada di sebuah alam yang belum pernah kita ketahui bentuk dan rasanya. Walaupun kita belum mengetahuinya, karena ini sifatnya hanya membayangkan, anggap saja kita sudah mengetahui alam itu. Di alam itu banyak orang yang disiksa karena akibat dari perbuatan mereka semasa hidup di dunia. Di alam itu juga, para penghuninya merasakan penyesalan yang sangat mendalam dan mereka ingin dikembalikan lagi ke alam dunia agar bisa memperbaiki apa yang telah mereka perbuat. Alam itu tiada lain adalah alam yang sudah dijanjikan oleh-Nya di dalam kitab suci Al-Qur'an.
Sudah pasti kebenarannya, orang yang banyak berbuat tidak baik atau melakukan perbuatan yang dilarang agama, maka akan kotor pula orang itu atau dengan kata lain banyak dosa yang dia miliki. Semakin banyak perbuatan tidak baiknya, akan semakin kotor pula orang tersebut. Jika orang itu diumpamakan sebuah handuk atau jenis pakaian yang lainnya, maka perlu waktu yang lama dan tenaga yang ekstra untuk bisa membersihkannya. Jadi, tidak bisa dipungkiri lagi, untuk membersihkan dosa-dosa orang yang kotor itu, tidak sedikit waktu yang dibutuhkan. Jadi kesimpulannya adalah, semakin kotor atau semakin banyak dosa yang dimiliki, maka akan semakin lama dia mendekam di alam yang sangat mengerikan yang telah kita bicarakan di atas.
Aku yakin, bahkan sangat, kalau aku ataupun para pembaca (seandainya ada yang membaca tulisanku ini) tidak ingin merasakan lama-lama berada di alam yang mengerikan itu, atau bahkan tidak ingin sedikitpun mencicipi rasa dari alam tersebut. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama berusaha sekuat mungkin untuk membersihkan luar-dalam diri kita, selagi kita masih berpijak di atas tanah ini, karena sesungguhnya kita tidak akan bisa melakukan hal ini jika kita sudah hidup di bawah tanah yang kita pijak sekarang. Jangan sampai kita termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang merugi. Jangan sampai kita menyesal dan meminta untuk dikembalikan ke alam dunia bermaksud untuk memperbaiki amalan yang telah kita perbuat.
Selagi kita masih bisa bergerak. Selagi kita masih bisa berpikir. Selagi kita masih mempunyai waktu luang. Selagi kita masih mempunyai harta benda. Selagi kita masih sehat. Selagi kita masih muda. Selagi kita masih bisa bernafas. Mari kita pergunakan semua itu sebagai investasi untuk kebahagiaan kita di alam yang dirindukan semua ummat. Agar kita bisa berjumpa dan bisa melihat wajah-Nya dan wajah orang terbaik di jagat raya ini yaitu Rasullulah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar