Minggu, 27 Juni 2010

SUARA KERINDUAN


Kenapa harus dia lagi yang muncul dalam pikiranku. Aku ingat wajahnya. Aku ingat tubuhnya. Aku ingat bibirnya. Aku ingat tingkahnya. Aku sangat ingat saat-saat dia merasakan kesal ketika aku selalu mendekati dia, tetapi ‘tak kunjung juga aku mengungkapkan perasaanku kepadanya.

Aku tahu dia merasa sangat kesal. Sampai detik ini masih terngiang jelas ditelingaku, kalimat yang sering dia ucapkan ketika sedang merasa kesal, “ Mau aku seperti ini, atau seperti bagaimanapun, ya, terserah aku, ‘gak ada hubungannya dengan kamu kan?”

Aku faham. Bahkan aku sangat faham. Dari kalimat yang dia ucapkan itu, terselip maksud agar aku memperjelas hubungan aku dengan dia. Dia ingin hubungan kami jelas, bukannya menggantung ‘tak bertuan.

Bukannya aku ‘tak ingin mengutarakan isi hatiku. Sungguh berat rasanya. Aku ‘tak mampu. Lidah ini kelu dan kaku. Tubuhku gemetar. Wajahku pucat ‘tak berwarna. Aku ‘tak sanggup melepas kata jika membicarakan masalah yang satu ini. Aku ‘tak bisa. Aku ‘tak mampu. Aku ‘tak sanggup.

Hingga saat perpisahan itu tiba, Aku ‘tak kunjung juga mengutarakan apa yang ada di hatiku. Kami berpisah layaknya teman biasa, yang tidak ada kesan manis seperti di film-film romantis

Aku tahu tidak sedikit waktu yang dia butuhkan agar bisa mengikis apa yang telah terjadi antara kami berdua. Aku sangat yakin akanhal itu, seyakin kalau aku juga butuh banyak waktu supaya kenangan kami bisa menghilang dari otakku.

Aku tahu ini terlambat dan tidak ada gunanya untuk diungkapkan. Seperti apapun warna hatimu sekarang dan tersampaikan atau tidaknya suara hatiku ini, aku tidak perduli. Aku sungguh tidak perduli. Sayangku, perlu engkau ketahui, sesungguhnya aku sangat mencintaimu.

Duhai sayangku, masih ingatkah engkau dimana tempat kita berkenalan dulu. Ketika kita saling bertanya nama, ketika kita saling bertanya kelas. Ketika itu kita berbicara layaknya seorang anak manusia yang baru belajaar berbicara.

Masih ingatkah engkau dimana tempat kita saling bertemu dan melepas rindu. Ketika kita saling berpandangan dan engkau menunduk menyembunyikan rasa malu. Apakah engkau ingat? Ketika itu kita tidak membuat janji untuk bertemu di tempat itu. Tetapi cinta dan rasa rindulah yang membuat aku dan kamu untuk terus dating dan dating lagi ketempat bersejarah itu. Tempat yang tidak mungkin bias aku lupakan. Sayangku, apakah engkau ingat dimana tempat itu?

Sayangku, ingatkah engkau ketika meminjamkan sebuah buku kepadaku? Perlu engkau ketahui, sebenarnya aku meminjam buku itu bukan karena bukunya, akan tetapi karena engkau, sayangku, karena aku ingin selalu berada disampingmu. Dan perlu juga engkau ketahui, sebenarnya saat itu aku sangat anti dan tidak suka membaca, tapi, lagi-lagi cintalah penyebabnya. Cintalah yang bisa membuat aku melahap habis buku itu dalam waktu yang sangat singkat. Sayangku, masih ingatkah engkau apa judul buku itu?

Sayangku, apakah engkau ingat juga dengan memori telepon genggam. Saat itu aku sangat senang ketika aku tahu semua SMS yang kukirim tersimpan rapih di memori telepon genggammu, ‘tak satupun yang hilang. Sayangku, aku juga tahu kalau engkau merasakan hal yang sama ketika aku berucap semua SMS yang engkau kirim tersimpan rapih di memori telepon genggamku. Ingakah engkau, sayangku, ketika mendengar kalimat itu, engkau tersipu malu dan memalingkan pandangannmu dariku. Wajahmu memerah. Engkau menahan senyum manismu, meskipun saat itu engkau gagal melakukannya. Sayangku, cinta jualah yang membuataku dan kamu mempertahankan SMS-SMS itu.

Ratusan kilo jarak yang memisahkan kita, ‘takkan pernah bias membuat hati ini jauh darimu. Tidak akan pernah sayangku, sungguh tidak akan pernah.

Tahukah engkau, Sayangku. Dalam hembusan angin yang menerpa wajah cantikmu, disitu ada rinduku. Dalam butiran air hujan yang membasahi tubuhmu, disitu ada cintaku. Dan dalam sinar matahari pagi yang menerpa kulit putihmu, disitu ada aku.

Sayangku, aku melihatmu diantara indahnya warna pelangi. Aku mendengar senandungmu diantara kicauan burung. Aku merasakan amarahmu diantara dentuman Guntur.

Sayangku, suatu saat nanti, entah itu esok, lusa, atau kapanpun, aku ingin engkau berada disampingku. Engkau menghiburku disaat aku merasa lelah. Engkau menyemangatiku dikala aku terpuruk. Engkau menghapus air mataku ketika aku menangis. Dan engkau membacakan sebuah dongeng apabila aku merasa ngantuk.

Sayangku, jika esok engkau bersamaku, akan aku peluk erat tubuh mu hingga engkau merasakan kehangatan berada dalam pelukku.Tidak akan kubiarkan engkau jauh lagi dari sisiku. Aku akan membuat engkau merasa damai hidup denganku. Aku akan melakukan semuanya untuk mu, Sayangku.

Sayangku, tahukah engkau siapa yang aku pikirkan ketika menulis kalimat kerinduan ini? Engkau sayangku, Engkau yang aku pikirkan, tiada lain hanyalah engkau.

Sayangku, meskipun tangan kita tidak saling berjabat. Walaupun mata kita tidak saling bertatap. Dan biarpun bibir kita tidak saling berucap. Tetapi hati ini berbicara, sayangku, dia mengucapkan sesuatu. Dengan penuh ketulusan¸hati ini mengajakmu untuk ikut memanjatkan sebuah do’a, agar semuanya bias menjadi nyata.

2 komentar: