Jumat, 14 Januari 2011

Baskomku Sayang, Baskomku Malang


SubhanAllah, aku mendapatkan tugas praktikum yang numayan sederhana, tapi dibilang berat juga iya. Bagaimana tugas itu? Sederhana, tapi berat juga? Kok, bisa begitu?Jika penasaran, mari kita bahas bersama-sama.

Tugas ini merupakan praktikum mata kuliah Meteorologi dan Klimatologi, mata kuliah yang mempelajari tentang cuaca dan iklim. Pada praktikum kali ini, semua mahasiswa diharuskan untuk mengukur beberapa unsur iklim. Unsur iklim itu ada banyak, seperti: suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara, angin, awan dan hujan. Namun, Prof. Dede Rohmat, selaku pengajar mata kuliah ini hanya menugaskan mengukur beberapa unsur saja, yaitu: suhu udara, curah hujan dan penguapan.

Untuk mengukur suhu udara, mahasiswa diharuskan memiliki termometer, masing-masing satu buah, karena tugas ini untuk perorangan, bukan tugas kelompok. Untuk itu, aku harus merogoh kocek sebanyak sepuluh ribu rupiah guna membeli termometer itu.Sedangkan untuk mengukur curah hujan dan penguapan, alat yang dibutuhkan adalah sebuah baskom yang berdiameter kurang lebih empat puluh centi meteran, juga sebuah penggaris berukuran panjang tiga puluh centi meter dan pipa dengan ukuran panjang dua puluh centi meter serta berdiameter sekitar sepuluh senti meter. Untuk baskom dan penggaris, aku tidak perlu repot mencari, karena ada banyak baskom cucian di asrama darussalam, sedangkan penggaris sudah lama aku memilikinya, karena mahasiswa jurusan pendidikan Geografi wajib memiliki penggaris untuk mengerjakan tugas pembuatan peta.Namun, yang sedikit merepotkan adalah ketika mencari pipa. Setelah berusaha keras, akhirnya aku mendapatkan pipa tersebut, aku mendapatkannya dari hasil meminta kepada teman satu jurusan, namanya Ari Luqman, dia mahasiswa asal Cirebon. Jika dihitung-hitung, sudah beberapa kali dia membantu kesultan-kesulitan yang aku alami.InsyAllah, jika kelak aku sukses, aku tidak akan pernah melupakan jasa-jasa dia.

Cara pengambilan data suhu udara adalah dengan hanya mengamati temometer. Cara meletakan termometer itu tidak boleh sembarangan. Prof. Dede Rohmat menyuruh kami untuk menggantungkan termometer di luar ruangan, namun tetap terlindungi dari kontak matahari langsung. Untuk itu , aku menggantungkan termometernya tepat di pojokan kanopi yang meneduhi teras depan kamar-kamar asrama bawah, tapatnya di pojok atas kanopi yang meneduhi kamar nomer enam belas.Sedangkan untuk pengambilan data curah hujan dan penguapan digabung sekaligus. Caranya adalah dengan mengisikan air secukupnya pada sebuah baskom, letakan sebuah pipa yang telah dilubangi bagian bawahnya tepat di tengah baskom, kemudian penggaris tinggal diberdirikan saja disandarkan pada pipa.

Alat-alat yang sudah siap itu disimpan di tempat terbuka dan harus langsung beratapkan langit, agar hujan dapat langsung tertampung oleh baskom dan sinar matahari bisa langsung menguapkan air dari baskom. Terdapat beberapa halaman kosong yang menjadi pilihanku untuk meletakan alat penelitia ini, namun, karena lapangan futsal sering digunakan untuk tempat berolah raga para santri dan di halaman depan sedikit mengganggu pemandangan, akhirnya aku memutuskan untuk meletakannya di halaman belakang dekat parkiran motor. Untuk memberitahukan kepada seluruh penghuni asrama agar tidak mengganggu penelitianku ini, aku menuliskan sebuah pengumuman di mading asrama. Pengumuman itu aku tulis di sebuah kertas HVS putih dengan menggunakan sepidol permanen besar warna hitam. Pengumuman itu tertulis sebagai berikut, “ BARANG-BARANG (ALAT PENELITIAN) YANG ADA DI HALAMAN BELAKANG ADALAH KEPUNYAAN SAUDARA PROF. DR. H. NIKO CAHYA PRATAMA, M.SC, A.MIN. DIHARAPKAN KEPADA SELURUH PENGHUNI ASRAMA UNTUK TIDAK MENGGANGGU ATAU MENGUTAK-ATIKNYA. ATAS PERHATIANNYA, SAYA UCAPKAN TERIMA KASIH. TTD: CALON PROFESOR (AMIN),”.

Pengamatan data-data praktikum ini dilakukan dua kali dalam satu hari, yaitu pada pukul enam pagi dan enam sore. Pengamatannya harus setiap hari, tidak boleh ada satu haripun yang terlewat, jika ada yang terlewat, ini akan mempersulit dalam pengolahan data akhir.Pengamatan ini harus dilakukan selama dua minggu, cukup untuk membuatku tidak bepergian jauh-jauh dari asrama.

DELAPAN HARI KEMUDIAN

Delapan hari sudah aku melakukan penelitian, berarti hanya tinggal enam hari lagi aku menyelesaikan praktikum tentang unsur iklim. Data-data sudah terkumpul banyak, kebetulan di Bandung sekarang lagi sering-seringnya turun hujan. Data-data itu baru aku tulis di sebuah kertas folio yang aku tempel di pintu lemariku dan belum disalin di Ms. Excel. Aku akan menyalinnya nanti, jika data-datanya sudah terkumpul semua sampai akhir. Supaya lebih simpel, pikirku.

Pagi ini, aku dan santri lain baru pulang dari darul hidayah (lantai satu mesjid DT). Tadi kami mendengar sedikit nasihat dari Aa Gym tentang bagaimana agar tenang dalam menjalani hidup yang sementara ini. Sebelum ke kamar, aku menyempatkan diri menuju aula bermaksud minum air putih. jam dinding di aula asrama menunjukan pukul lima lewat lima puluh lima menit, sekitarlima menit lagi aku akan mengecek hasil data hari ini. Setelah minum dua gelas air putih, aku meluncur menuju halaman belakang. Di dapur aku melihat bang Afgan sedang mencuci piring-piring kotor bekas semalam makan oleh-oleh dari bang Afgan yang baru pulang tadi malam jam setengah sepuluh dari kampung halamannya, yaitu Balikpapan.

Afgan merupakan nama panggilan, nama aslinya adalah Arif. Dia salah-satu santri lanjutan, sudah dua tahun lebih dia tinggal di asrama darussalam. Karenanya, dia tahu seluk beluk keadaan asrama.Hari apa dan jam berapanya Aa Gym biasa mengontrol asrama. Kapan diadakan operasi kamar santri oleh ustad Hamdani selaku penanggung jawab asrama darussalam. Dimana tempat Wati (kucingnya bang Afgan) membuang hajatnya. Dan masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan lainnya yang dia ketahui.

Oleh semua santri ikhwan, dia dipilih sebagai mentri kebersihan dalam kepengurusan santri PPM periode tahun ini. Jabatan ini diraih karena kebiasaannya dalam hal bersih-bersih. Sepertinya beres-beres adalah hobi dia dan sudah mendarah daging di jiwanya. Karena kebiasaannya ini, dia kami beri julukan sebagai Santrius Rajinbersih-bersihus. Sambil terus berjalan menuju halaman belakang, sepintas aku melihat bang Afgan sedang mencuci sebuah baskom berwarna merah. Baskom itu sedikit menyita perhatianku, karena bentuk, ukuran dan warnanya mirip dengan baskom yang aku gunakan untuk penelitianku. “ Ah, mungkin hanya mirip saja, di asrama kan banyak benda yang sama, begitupun dengan baskom itu, mungkin cuman mirip saja,” pikirku dalam hati.Aku melanjutkan langkah.

DDUUUUUURRRRRRRRRRRRR

Masya Allah, cuaca yang tadinya sangat cerah, seolah berubah drastis menjadi mendung. Kini langit tampak gelap karena tertutupi oleh gumpalan awan hitam yang tebalnya berkilo-kilo meter. Tidak setitikpun sinar matahari yang tampak. Kilatan cahaya petir menyala-nyala. Serasa ada guntur kesasar yang menghantam kepalaku hingga tidak ada sehelaipun rambut yang tersisa. Baskom itu, baskom kekasih hatiku tidak ada di tempatnya. Jadi, baskom yang tadi bang Afgan cuci adalah baskom penelitianku. Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Bagaimana dengan data untuk enam hari tersisa? Haruskah hamba memanipulasi data demi keperluan nilai kuliah hamba? Atau apa yang harus hamba lakukan? Tolonglah beri petunjukMu, Ya Allah!
Jujur, kalau boleh bicara, perasaan sedih ini masih belum mau pergi dari hatiku, tapi, setidaknya masih ada sedikit harapan yang tersisa, karena data-data delapan hari kebelakang sudah aku tuliskan di kertas folio. Aku tidak ingin menyalahkan bang Afgan, karena mungkin dia belum melihat pengumuman yang tertempel di mading, karena baru tadi malam bang Afgan ada di asrama lagi. Mungkin ini merupakan pembelajaran yang Allah berikan kepadaku agar lebih memperhatikan hal yang kecil-kecil. Kejadian ini juga terjadi karena aku telah melalaikan sesuatu hal yang teramat kecil, yaitu, tentang peraturan mading. Salah-satu ayat yang mengatur tentang mading adalah lamanya sebuah tulisan atau pengumuman atau yang sejenisnya, hanya diberi waktu satu minggu, lebih dari itu, petugas mading akan mencopotnya.

Dengan kepala tertunduk lesu, aku melangkah menuju kamar. Dikamar aku melihat Mamat menghadap pada laptop kesayangannya, sepertinya dia sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya, karena sebelum solat subuh tadi, aku mendengar sedikit obrolan antara Mamat dan kang Hakmal perihal perijinan Mamat untuk tidak mengikuti materi pagi. Tanpa menyapa Mamat, aku langsung rebahan di kasur lipat. Tubuhku terkulai lemas, serasa tidak ada tenaga lagi yang kumiliki. Sambil rebahan, aku sempatkan untuk melihat kertas folio di pintu lemari.

JJJLLLLEEEEGGGGEEEEEERRRRRRRRRRRRRR

Astagfirulloh. Kali ini bukan hanya guntur, melainkan sudah mencapai tingkatan petir yang tersasar dan menyambar tubuhku. Tidak hanya rambut kepala yang hilang, dimulai dari halis, bulu mata, kumis dan jenggot tipisku terbakar tidak bersisa.Kertas folio yang ada data-data hasil praktikumku delapan hari kebelakang tidak ada di tempatnya. Aku reflek terbangun. Kupalingkan wajahku pada Mamat dan bertanya apakah dia melihat kertas folioku. Sesaat Mamat tidak menjawab pertanyaanku, sambil mengetik dia mengatakan bahwa ba’da solat subuh tadi, ustad Hamdani melakukan operasi kamar. Karena salah-satu aturan asrama adalah tidak boleh menempelkan apapun di dinding dan di lemari, maka ustad Hamdani mencopot kertas folioku.Astaga, lagi-lagi aku harus menelan pil pahit karena telah melalaikan hal yang kecil-kecil. Dalam kasus yang ini, ada dua perkara kecil yang aku lupakan. Pertama adalah tentang peraturan asrama, dan yang kedua adalah telah lalai tidak segera menyalin data hasil penelitian pada Ms. Excel. Yang ada di pikiranku sekarang hanyalah apa alasan yang akan aku sampaikan kepada Prof. Dede Rohmat yang dikenal sebagai dosen paling killer. Haruskah aku jujur tentang peristiwa semua ini? Ataukah memanipulasi data agar mendapatkan nilai yang baik? Atau bagaimana??? Aku bingung. Sangat.

9 komentar:

  1. Dahsyat, Pak Profesor (amin)! Perjuangan dan pengorbananmu pasti berbuah hikmah. Merasakankah? He,
    Oke, komunikasikan saja siapa tau bisa membantu menampung air mata atau rasa tak karuan yang membuncah di kepala. Selamat mencoba.

    BalasHapus
  2. halo,jangan menyerah, tetap semangat ! http://catatanmalam.com

    BalasHapus
  3. heu...
    sabar ya niko...:))
    suatu saat, bila di ingat lg hanya akan ada gelak tawa, rasa rindu tentang asrama..

    BalasHapus
  4. @ Imam: iya Mam...
    @ Teh Nurul: InsyAllah sy merasakannya teh...
    Pak Profesor, he.. do'ain ya teh...
    mau jadi ibu profesornya gak???he...
    @ catatanmalam: iya, makasih ya...
    @ Tita: betul Tita, suatu saat nanti kita akan
    merindukan suasana seperti ini...
    buat cerita ke anak-cucu, he...

    BalasHapus
  5. @ Ami: hapenya lagi low batery Mi, he...
    @ Lino: :-)

    BalasHapus
  6. temen saya juga gituu,,pas udah mau d amlih,,gelas ukurnya ada yg ngebuang,,ckckckc

    BalasHapus