Rabu, 12 Januari 2011

Mulai Kangen


Biasanya, jika aku sudah mudik ke kampung halaman, hati ini terasa berat ketika akan balik lagi ke Bandung karena perkuliahan hanya tinggal beberapa hari lagi akan masuk. Tapi entah kenapa? Pada liburan kali ini, aku tidak merasakan itu lagi. Liburanku masih beberapa hari kedepan, namun, aku sudah ingin segera balik ke Bandung. Apa penyebabnya? Aku sendiri masih bingung apa sumber dari semua ini. Namun, jika direnungkan lebih dalam lagi, mungkin Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Daarut Tauhiid (DT) penyebabnya. Mengapa bisa begitu? Iya, sudah hampir setengah tahun ini aku tinggal di asrama Darussalam, asramanya santri ikhwan. Disana tempat aku berteduh dari ganasnya suhu dingin yang menusuk-nusuk tulang pada dini hari. Disana aku ditempa supaya menjadi manusia yang penuh disiplin dan tanggung jawab diri. Pokoknya, di asrama ini aku melakukan banyak hal, dari mulai membuka mata sampai menutupnya kembali.

PPM kini ada di sebagian isi hatiku dan filenya sudah berkarat di memori otakku. Jika memang kenyataanya seperti ini, mungkin ketika periode PPM tahun ini selesai, aku akan utarakan keinginanku kepada Ustad Mardais, selaku penanggung jawab untuk melanjutkan belajar di program ini. Karena setahuku, bagi para santri mahasiswa yang sudah habis masa belajar di PPMnya (satu periodenya disesuaikan dengan satu tahun perkuliahan di kampus), maka habislah masa tinggal di asramanya. Bagi para santri, untuk melanjutkan hidupnya, otomatis mereka harus mencari kos-kosan baru. Namun, bagi santri yang ingin melanjutkan belajarnya di PPM, tetap diperbolehkan, tapi diharuskan melewati beberapa tahap tes terlebih dahulu. Bagi santri yang lolos, mereka menyandang gelar “santri lanjutan”.

Ada beberapa alasan mengapa aku ingin tetap menjadi santri PPM. Alasan yang pertama sudah jelas, karena aku telah memaparkannya di muka. Alasan selanjutnya adalah lingkungan. Lingkungan di ponpes DT, khususnya di lingkungan asrama santri, mengkondisikan para penghuninya untuk benar-benar memanfaatkan waktu seoptimal mungkin. Waktu solat benar-benar terjaga. Jujur, solat awal waktu amatlah sulit dilakukan ketika aku masih ngekost dulu. Namun, disini, walaupun masih ada sedikit rasa malas, kami terkondisikan untuk terus menjaga solat pada awal waktu, dan ini sangatlah bermanfaat bagi kami para santri.

Selanjutnya, disini kami dibiasakan untuk selalu menjaga kerapihan. Setiap hari kami melakukan operasi bersih (opsih), karenanya asrama selalu tampak bersih dan rapih. Seorang santri memiliki jatah dua hari dalam seminggu untuk melakukan opsih. Hari yang pertama para santri bebas memilih satu hari dari hari Senin sampai hari Sabtu. Untuk opsih ini aku memilih hari Rabu, karena pada hari ini jadwal kuliahku masuk siang. Jadi, pada pagi harinya aku bisa leluasa melakukan opsih. Dan yang satunya adalah hari Minggu. Pada hari ini semua santri diwajibkan untuk opsih bersama. Jam tujuh teng kami dikumpulkan di lapangan futsal. Setelah diabsen, kang Hakmal selaku mudabir (pembimbing santri), membagi tugas kepada para santri. Ada yang ditugaskan membersihkan kamar mandi, satu kamar mandi dibersihkan oleh satu orang. Kamar mandi di asrama ada lima ruang, jadi yang bertugas membersihkan ada lima santri. Ada juga yang bertugas membersihkan aula asrama, halaman depan, halaman belakang, dapur, dan lapangan futsal. Tempat favoritku melakukan opsih adalah di lapangan futsal. Karena tugasnya hanya mencabuti rumput liar yang mulai menjalar. Sejauh ini, dari awal tinggal di asrama, aku selalu mendaptkan jatah membersihkan lapangan futsal. Semua yang kudapatkan ini bukanlah tanpa perjuangan. Beberapa saat sebelum kami dikumpulkan di lapangan futsal, secara diam-diam aku menemui kang Hakmal di kamarnya. Dengan sedikit mengeluarkan rayuan dan beberapa arugumentasi, akhirnya kang Hakmal setuju untuk menugaskanku opsih di tempat yang aku inginkan. Peristiwa ini selalu terulang pada setiap minggunya. Untungnya, sejauh ini belum ada santri yang curiga dengan strategi rahasiaku ini.

Waktu opsih hanya satu jam. Jam delapan pas, kang Hakmal meniup sebuah peluit pertanda opsih selesai. Setelah itu ada pengumuman melalui pengeras suara yang ada di kamar mudabir. Meskipun pengumuman ini bunyinya sama setiap minggunya, para santri tetap menyambutnya dengan sangat meriah dan dengan perasaan gembira, seakan kami baru pertama kali mendengarnya. Pengumuman itu adalah tentang akan ada pertandingan futsal antar kamar. Momen inilah yang ditunggu-tunggu oleh para santri. Kamar mana yang mendapatkan juaranya itu tidak dipentingkan, karena tujuan utamanya adalah penyegaran kembali pikiran setelah beraktifitas selama enam hari penuh. Namun, sejauh ini, kamar nomer tiga belas, yang tidak lain adalah kamarku, merupakan kamar yang sering menggondol titel juara kompetisi futsal antar kamar. Hadiah bagi juaranya adalah mendapatkan jatah untuk mandi pertama kali dan waktunya bebas tidak ditentukan. Hadiah ini sangatlah sebanding dengan banyaknya tenaga yang dikeluarkan, karena sesungguhnya, salah-satu peraturan mandi di asrama, dipatok waktunya hanya sekitar lima menitan, dan ditambah lima menit jika kita sekaligus akan buang air besar. Jadi, penghargaan ini tidak kami sia-siakan begitu saja. Yang biasa ketika mandi tidak bisa tenang karena banyak santri lain yang menggedor-gedor pintu memintaku untuk segera menyelesaikan mandi, kali ini semua itu tidak ada, yang ada hanyalah suasana tenang diselimuti kesegaran.

Ponpes DT, termasuk asrama ikhwan darussalam didalamnya, memiliki konsep dan standar tersendiri untuk kerapihan. Konsep ini hukumnya kudu bin wajib diterapkan oleh semua orang yang berhubungan dengan DT, baik itu para ustad, para karyawan, begitupun dengan para santri semua program. Konsepan itu dirumuskan dalam sebuah kata “BEBASKOMIBA”. Bebaskomiba merupakan sebuah akronim dari kalimat: BErantakan > rapihkan, BASah > keringkan, KOtor > bersihkan, MIring > luruskan, BAhaya > amankan. Jadi, jika santri atau siapapun itu yang menemukan kejanggalan-kejanggalan yang termaknakan dalam konsep bebaskomiba tersebut, maka tanpa harus diperintah, mereka harus melaksanakannya, agar tercapai suasana bersih dan rapih, khususnya di lingkungan asrama santri.

“Allah itu indah dan menyukai keindahan. Untuk itu, sudah selayaknya kita menjaga keindahan, dimanapun berada. Terlebih-lebih di lingkungan Daarut Tauhid, pesantren kita bersama. Marilah kita menjaga agar lingkungan kita tetap dalam keadaan bersih, rapih, juga indah, dengan cara menerapkan konsep BEBASKOMIBA,” ujar Aa Gym di ceramahnya beberapa waktu yang lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar