Jumat, 19 Agustus 2011

Aku Jatuh Cinta


Yaa Allah, aku jatuh cinta. Aku tahu, Engkaulah yang memunculkan rasa itu di hatiku. Aku pun tahu, pasti Engkau juga memberikan obat penawar, pada saat yang sama ketika Engkau menumbuhkan rasa itu di hatiku. Untuk itu, aku memohon padaMu, agar aku bisa memanfaatkan obat penawar itu dengan sebaik-baiknya. Agar aku bisa menghadapi semuanya dengan tenang hati.

Aneh memang, perasaan itu muncul begitu saja. Tidak diundang, tidak juga dijemput, apalagi dicari. Interaksi dengannya pun, mungkin bisa dikatakan hanya seculi. Seingatku, belum pernah aku menyengaja mengobrol dengan dirinya. Memang, kami pernah berkomunikasi,tapi, itupun sedikit saja, hanya sebuah ungkapan rasa terima kasih karena dia merasa aku telah membantunya. Pasti, ada hikmah mengapa Engkau memberikan rasa ini padaku. Mungkin ini adalah sebuah pertanda, jika perempuan itu adalah pendampingku kelak, oleh karenanya Engkau memberikan sedikit bocoran kepada diriku, bahwa, perempuan itulah yang akan menjadi bidadariku kelak.Mungkin juga ini merupakan sebuah ujian untukku. Apakah aku bisa melewati ujian ini, atau aku gagal, yang pada akhirnya bisa menunda kenaikan derajatku di sisiMu. Aku serahkan semuanya padaMu Yaa Allah. Yang bisa kulakukan hanyalah melakukan terbaik semampuku. Aku berharap, aku bisa menyikapinya dengan benar.

Tidak harus aku gambarkan bagaimana rupa dan sifat dia. Yang jelas, pokoknya aku tertarik padanya. Sepintas, sejauh aku memperhatikan dia, dia adalah perempuan yang baik.Entah itu benar atau tidak, karena yang bisa mengetahui baik atau tidaknya seseorang itu hanyalah Dia, sang pencipta segala sesuatu. Tidak ada selainNya.

Terkadang, saat aku termenung sendiri, bayangan-bayangan masa depan tergambar jelas dalam pikiran. Contohnya saja seperti ini: ketika aku menghadapi makanan, aku terpikir, suatu hari nanti, perempuan yang bersemayam di hatiku ini sedang memasak di dapur. Terlihat dia menikmati aktifitas memasaknya. Karena, yang ada dalam benak dia adalah, dia akan mendapatkan pahala dari perbuatannya itu. Karena dia mencoba untuk menyenangkan sang suami, dalam hal ini diriku, dengan pasakannya yang nikmat.Kemudian, aku berjalan menghampiri istriku itu. Aku mencoba menggodai dia. Dari belakang, aku memeluk dia. Aku cium kepalanya. Meraskan hal ini, bibirnya tersenyum. Rambutnya yang tergerai kebawah, bergemericik menyaksikan kami. Sebagai catatan, ketika itu dia tidak sedang mengenakan kerudung. Karena adegannya sedang berada di rumah dan hanya ada kami berdua saja.

Atau adegan yang seperti ini: saat malam berada pada posisi sepertiga terakhir, aku sedang tertidur pulas di atas ranjang. Ketika itu aku berada dalam rasa kantuk yang berat, karena sebelumnya aku menulis hampir semalaman penuh, karenanya aku tidurnya telat.Melihat aku tidur dengan posisi tidak keruan, istriku itu tersenyum memandangiku. Dia membenarkan posisi tidurku. Setelah itu dia berjalan ke kamar mandi guna menggosok gigi dan mengambil air wudhu.Kemudian dia kembali lagi ke kamar, lalu membangunkan diriku untuk solat malam berjamaah. Saat itu aku susah untuk dibangunkannya. Tapi, dengan sangat sabar dia mencobanya lagi. Setelah dengan percobaan berkali-kali, akhirnya aku terbangun juga. Aku duduk disamping istriku yang sedang tersenyum memandangi wajahku yang tidak keruan. Melihatku terbangun, dia beranjak memasang dua buah sajadah di lantai. Dia mengenakan mukena putihnya. Namun, apa yang terjadi pada diriku ketika itu. Aku tertidur lagi. Aku merebahkan lagi tubuhku pada kasur yang empuk. Isteriku kembali mengahampiri diriku. Dia duduk lagi di sampingku yang sedang tepar. Dia bangunkan lagi aku. Kali ini dia menggelitiki diriku. Karena merasa geli, aku pun terbangun lagi.

“ Hayu bangun atuh A, kita solat bareng,” ujar isteriku dengan suara yang sangat halus. Tangannya mengusap-usap wajahku. Dia merapihkan rambutku yang berantakan.

Setelah jiwa terkumpul kembali, aku beranjak dari ranjang, lalu dengan sempoyongan berjalan menuju kamar mandi. Menggosok gigi, mengambil wudhu, lalu balik lagi ke kamar, mengenakan pakaian yang rapih, kemudian kami solat bareng. Aku mengimami isteriku. Kami solat sampai menjelang waktu subuh.

Atau lagi adegan yang ini: tapi, sebelumnya aku meminta ma’af, karena yang ini adegannya agak sedikit fulgar. Tapi, gakpapa deh, ini kan sifatnya masih dalam rangka sebuah hayalan, he...selain itu juga, insyAllah ini akan bermanfaat untuk kemampuan imajinasi menulisku kedepannya.ketika itu malam telah larut. Aku duduk sendiri di atas sofa empuk. Aku memandangi layar kaca dengan sangat serius. Saat itu, aku sedang menonton pertandingan final sepak bola. Aku teriak-teriak sendiri mengikuti suasana pertandingan. Sedang asik-asiknya menonton, tiba-tiba ada sebuah suara lembut yang memanggil namaku. Mendengar ada suara yang memanggilku, aku menoleh pada sumber suara. Ternyata yang memanggilku itu adalah isteriku yang cantik jelita.

“ Hayu A....” ajak dia padaku. Dia berdiri di pintu kamar yang terbuka. Kedua tangannya memegangi daun pintu. Wajah isteriku berubah menjadi terlihat manja. Saat itu, dia berubah layaknya seorang anak perempuan yang menginginkan sebuah boneka barby. Melihatnya seperti itu, aku tersenyum nakal.

“ Hayu A....” ajak isteriku sekali lagi. Segera aku beranjak dari sofa. Aku berjalan menuju isteriku. Melihatku berjalan menuju kamar, isteriku masuk duluan. Aku meninggalkan tv yang masih menyala. Aku mendengar suara komentator pertandingan teriak-teriak di tv. Dia meneriakan gol. Namun, aku hiraukan itu. Aku masuk kamar, lalu menutup pintu rapat-rapat. Apa yang terjadi di dalam kamar? Jawabannya adalah wallahu’alam. Sekali lagi, dengan tidak mengurangi rasa hormat, aku meminta ma’af karena telah menuliskan adegan yang satu ini. Sekiranya ada manfaatnya, maka ambil. Tapi, jika tidak ada, maka lupakanlah.
***

Wahai dirimu yang ada disana, sadarkah engkau, kalau disisni diriku sedang mencintaimu? Tapi janganlah engkaumerasa khawatir, karenaaku tidak akan mengapa-ngapain dirimu.Aku sadar, sikap terbaik yang harus ku ambil sekarang ini adalah cukup dengan hanya diam. Diam dalam menyembunyikan rasa ini.Diam untuk menjaga kesucian kita, kesucian diriku dan dirimu. Karena aku tidak akan pernah tahu, benarkah dirimu itu adalah bidadari yang akan mendampingiku kelak. Seandainya itu benar, maka ini adalah takdir Allah, dan seandainya bukan, maka ketahuilah, ini juga merupakan takdirNya. Aku ataupun kamu harus ikhlas menerimanya. Pastilah ini adalah takdir terbaik yang diberikan Allah untuk kita. Pasti.

Kalaupun, takdir menuliskan suatu harinanti engkau menyadari rasa cintaku untukmu,dan engkaupun memiliki rasa yang sama denganku. aku harap, jangan pernah ada tindakan apapun dari dirimu. Aku ingin engkau diam saja. Engkau sembunyikan juga rasamu itu. Ditakutkan, akan terjadi salah langkah dari kita berdua, ataupun dari salah-satu diantara kita. Jika, kesalahan bertindak itu benar-benar terjadi, dan takdir menggariskan bahwa diriku bukanlah untukmu, maka yang akan menjadi korban adalah diri kita juga, bukan yang lain. Coba bayangkan: apakah kita ingin pendamping kita kelak, sekarang dia sedang bertelfon-telfonan mesra dengan orang lain? Apakah kita ingin suami/isteri kita kelak sekarang sedang berduaan dengan orang lain, menikmati indahnya pantai di senja hari? Apakah kita ingin bidadari/pangeran kita kelak, sekarang sedang berjalan-jalan sambil berpegangan tangan dengan sangat mesra? Kalau aku, tidak ingin semua itu terjadi. Dan aku yakin, engkaupun pasti tidak menginginkan hal itu bukan? Untuk itu, wahai dirimu disana, yang dianugerahi kecantikan olehNya, marilak kita jaga kesucian diri kita. Agar kelak, kita bisa mendapatkan pendamping hidup yang bisa menjaga dirinya dengan baik. Semoga, Allah tetap melindungi tindakan kita. Aamiin.

Memang, aku tidak bisa membohongi diriku. Kalau boleh jujur, aku ingin, esok nanti, yang memasak di dapur rumahku itu adalah dirimu. Yang membangunkan diriku untuk melaksanakan solat malam adalah dirimu. Dan yang memanggil-manggil dari pintu kamar ketika aku sedang menonton pertandingan final sepak bola juga adalah dirimu. Tapi, itu sifatnya hanyalah sebuah harapan saja. Untuk keputusannya, aku serahkan semuanya kepada Yang Maha Pengatur. Dia pasti telah mengariskan yang terbaik untuk diriku, pun untuk dirimu. Aku akan ikhlas menerimanya. InsyAllah.
***

4 komentar:

  1. Wah yang lagi jatuh cinta, :D
    Nice story :)
    Btw, kalo pengen punya banyak temen-temen Blogger, pengen punya tempat Promosi yang asik-asik, kamu bisa gabung ke Blogger Dreamer:
    http://www.facebook.com/groups/bloggerdreamer/
    di tunggu ya :D

    BalasHapus
  2. makasih Fijai, udah mengapresiasi coretan ini, he...
    sip-sip, insyAllah segera saya gabung ke Blogger Dreamer...
    makasih ya infonya.... :-)
    salam kenal...

    BalasHapus
  3. sip, iya-iya, thank's udah mau gabung.
    Semoga sukses !

    BalasHapus