Zulfa tidak hadir lagi. Kondisi kebugarannya belum
seratus persen. Nida dan Pak Okin kembali berdua saja di bangku beton. Seperti
pertemuan sebelumnya. Hanya meja beton sebagai penghalang mereka.
"Sudah dibaca bukunya?" Pak Okin menunjuk
buku yang tergeletak di meja beton.
"Sudah Pak."
"Semua bab?"
"Belum sempat semua. Sementara baru baca yang
bab perairan darat dulu. Hehe." Ada sedikit malu di wajah Nida.
"Gakpapa. Kebetulan hari ini materi kita
tentang perairan darat. Setelah itu kita lanjut bahas soal-soalnya."
Pak Okin menyiapkan pulpen dan kertas kosong. Ia
letakkan kertas putih itu di atas buku tebal kumpulan soal olimpiade geografi.
Kemudian pulpen di atasnya lagi.
"Oke. Sebelum kita bahas perairan darat, saya
ingin bertanya dulu."
Nida melihat Pak Okin. Siap menerima pertanyaan.
"Ada berapa objek material geografi?"
"Lima." Jawab Nida cepat.
"Sebutkan!"
"Hidrosfer, litosfer, atmosfer, biosfer dan
antroposfer."
"Apa definisi hidrosfer?"
"Lapisan air yang menyelimuti bumi."
"Meliputi apa saja?"
"Perairan darat dan laut."
"Apa saja jenis perairan darat?"
Nida diam. Berpikir sejenak. Mengingat-ingat apa
yang sudah ia baca beberapa malam lalu.
Pak Okin menunggu.
"Mmm. Sungai. Danau. Rawa dan air tanah."
"Oke bagus. Hari ini insyAllah kita akan bahas
bagian sungai saja dulu."
Pak Okin mengambil buku dan kertas. Ia pangku di
pahanya. Jemari kanan Pak Okin menggenggam pulpen. "Saya ingin tanya
lagi."
Nida mengambil buku pinjaman Pak Okin. Bila
pertanyaannya sulit. Nida berniat untuk membuka buku.
Pak Okin tersenyum. Paham dengan maksud tingkah
Nida.
"Masih ingat dengan pelajaran siklus hidrologi? Jika masih,
jelaskan perbedaan siklus pendek, sedang dan panjang?"
"Terjadi penguapan di laut, kemudian hujan di
laut lagi. Itu siklus pendek." Ada jeda. "Terjadi penguapan di laut.
Lalu uap yang sudah menjadi awan tertiup ke daratan. Kemudian turun hujan dan
airnya kembali ke laut. Itu siklus sedang." Ada jeda lagi. Nida menarik
nafas. "Sementara pada siklus panjang, awannya tertiup ke dataran tinggi
lalu terjadi hujan air atau hujan salju. Dan ujungnya air itu kembali ke laut
lagi." Nida menutup jawabannya dengan sebuah senyuman. Giginya tampak.
Putih dan tersusun rapih.
"Setelah turun hujan. Sebelum kembali ke
muaranya di laut. Apa yang terjadi pada air yang mengguyur bumi?"
"Ada sebagian air yang terserap ke dalam tanah.
Namanya proses infiltrasi, yaitu proses penyerapan air ke dalam tanah secara
vertikal. Lalu ada sebagian air yang mengalir di atas bumi. Namanya run off.
Atau aliran permukaan."
"Oke." Pak Okin memuji jawaban Nida.
"Pada proses run off, air mengalir melalui apa?"
"Lewat sungai, selokan-selokan atau yang
sejenisnya."
"Bagus," Pak Okin puas. "Apa maksud
saya memberikan urutan pertanyaan seperti tadi? Adalah ingin memberikan
gambaran dimana letak keberadaan dan peran sungai dalam siklus hidrologi."
Nida manggut tanda mengerti.
"Sekarang sudah paham apa peran sungai dalam
siklus hidrologi ya?" Pak Okin bertanya meyakinkan.
Nida mengangguk.
"Yakin?"
"InsyaAllah Pak."
"Memang apa peran sungai?" Pak Okin
menguji.
"Sebagai jalan atau saluran tempat kembalinya
air dari hulu menuju muaranya di hilir, yaitu laut."
"Bagus. Berarti selesai sudah pengantar untuk
materi hari ini. Sekarang saatnya kita masuk ke materi inti. Sebelum kita bahas
definisi, jenis, pola aliran, bagian sungai dan yang lain-lainnya. Terlebih
dulu kita akan bahas manfaat sungai bagi kehidupan manusia." Pak Okin
menerangkan. "Bagi saya, pada bagian inilah mengapa saya cinta geografi.
Dalam geografi kita tidak hanya belajar bagaimana suatu fenomena itu terjadi.
Tapi kita diajarkan juga mengapa terjadi dan apa dampaknya bagi manusia.
Sehingga kita bisa paham dengan peran kita sebagai kholifah. Melanjutkan titah
Sang Pencipta yang telah diberikan kepada kakek moyang kita, yaitu Nabi Adam
as. Juga kita bisa mengerti apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin kita
perbuat pada bumi."
"Dengan pahamnya kita tentang apa tugas kita
di dunia, insyaAllah kita akan sekuat jiwa menjaga bumi kita. Dan dengan bekal
pengetahuan geografi, insyaAllah kita akan arif dalam mengelola dan
memanfaatkannya."
"Sekarang." Pak Okin diam sebentar.
"Sebelum saya jelaskan. Menurut Nida. Apa saja manfaat sungai bagi
manusia?"
"Hehe," Nida ketawa kecil. "Saya
boleh lihat buku Pak ya." Pinta Nida.
Pak Okin membuka tangan kanan. Telapaknya terarah
ke atas. Lalu menunjuk pada buku. Isyarat mempersilahkan.
Nida membuka-buka lembar buku. Mencari bagian
manfaat sungai. "Untuk irigasi," telunjuk Nida mencari kalimat
setelahnya. "Untuk pembangkit listrik." Telunjuk Nida bergeser
lagi,"Untuk prasarana lalu lintas, untuk penunjang industri, untuk
perikanan, juga untuk keperluan sehari-hari seperti untuk mandi, mencuci dan
bahkan minum." Nida selesai membaca semuanya. Lalu melihat Pak Okin lagi.
"Begitu banyak manfaat sungai bagi kehidupan
manusia. Bahkan, pada zaman dulu, sungai menjadi penyebab lahirnya
peradaban-peradaban besar dunia. Seperti Mesopotamia yang berdiri di sekitar
sungai Efrat dan Tigris. India yang tumbuh di pinggiran sungai Indus. Cina
bertumbuh di dekat sungai Kuning dan Yang Tse. Juga Mesir yang lahir di sisi
sungai Nil." Pak Okin menambahkan.
"Bahkan. Dari buku yang pernah saya baca.
Peradaban Mesir menjadi besar, salah satu penyebabnya karena Mesir optimal
dalam memanfaatkan sungai sebagai lalu lintas surat-surat informasi ke
daerah-daerah kekuasaannya.
"Lewat sungai Nil Pak?" Nida bertanya.
"Ya. Menyusuri sungai Nil. Sungai terpanjang
di dunia. Dengan panjang sekitar enam ribu enam ratus tujuh puluh
kilometer."
"Pada buku lain. Disebutkan bahwa Mesir itu
adalah hadiah dari sungai Nil. Sebab hampir seluruhnya Mesir adalah hamparan
Padang pasir. Hanya empat persen saja daratan Mesir yang berpenghuni manusia.
Dan itupun hanya di pinggiran sungai Nil saja. Dapat kita bayangkan seandainya
Nil tidak melewati Sahara. Maka tidak akan pernah ada yang namanya Mesir. Nil
dan Mesir itu satu paket. Mereka berjodoh."
Saat Pak Okin mengatakan kalimat "Mereka
berjodoh", mata Pak Okin bertabrakan dengan mata Nida yang memang sedari
tadi melihat Pak Okin yang sedang menjelaskan. Ada setruman lembut ketika dua
pasang mata itu beradu. Pancarannya berbeda dengan pandangan-pandangan
sebelumnya. Ada sederet kalimat yang dikatakan oleh sorot mata-mata mereka.
Sederet kalimat yang tidak mampu disuarakan lidah Nida dan lidah Pak Okin.
Oh Gusti. Kenapa harus seperti ini? Ini adalah
sebuah kesalahan. Lirih Pak Okin dalam hati. Mohon jaga kami. Mohon jaga kami.
Mohon jaga kami. Mohon dengan sangat.
Pak Okin penuh harap mampu melakukan apa yang bisa
dilakukan sungai kala setumpuk limbah tertumpah. Pelan-pelan sungai kembali
menjernihkan dirinya lagi. Semoga waktu dapat membantu dadanya yang tertumpahi
setumpuk rasa agar hatinya bisa jernih kembali. Semoga saja. Semoga.
Nida menunduk. Jiwanya berdesir. Dia merasakan ada
aroma sungai Nil di sekitarnya. Mungkinkah aroma itu bersumber dari seorang
laki-laki yang sedang duduk di hadapannya? Diakah sungai Nil itu? Sungai Nil
untuk hidupnya.
***