Jumat, 15 Maret 2019

Setengah Lingkaran


Dua tahun lalu, takdir membawa saya untuk pulang ke tanah lahir saya. Kecamatan Cinangka, Serang, Banten. Wasilahnya adalah mengajar di SMA Nurul Fikri Boarding School (NFBS). Kembali ke kampung, adalah sebuah mimpi besar dari sekian banyak mimpi yang saya tulis pada kertas mimpi.

Di NFBS, tidak hanya santri yang boarding (tinggal di asrama) tapi guru dan karyawan juga (rumah dinas). Jika melihat status saya yang baru menikah lima bulan lalu, mendapat rumah dinas (gratis) merupakan sebuah hadiah dari Tuhan. Selain itu, fasilitas makan tiga kali sehari membuat pengeluaran per-bulan menjadi lebih hemat. Lebih jauh dari itu, hidup di lingkungan pesantren adalah hadiah paling istimewa. Teringat obrolan dengan Pak Hilman (guru matematika) saat perkenalan dulu.

"Ada banyak alasan kenapa saya memilih mengajar di NF. Diantaranya adalah lingkungan. Anak saya masih kecil. Saya ingin anak saya mendapatkan lingkungan tempat tinggal yang baik. Ini adalah pesantren, insyaAllah termasuk lingkungan yang baik untuk hidup. Kemudian lingkungan sekitar pesantren juga asri. Banyak hutan. Udaranya segar," ujar Pak Hilman kala itu.
***

Sabtu pagi. Atmosfer di atas NF tampak lebih jingga dari biasanya. Pada beberapa bagian langit tampak awan kelabu kecil menghiasi. Awan nimbostratus yang biasanya menurunkan gerimis.

Saya geser pandangan sedikit ke langit barat. Waw! Ada garis melengkung tebal yang berlapis-lapis. Pada setiap lapisannya memiliki warna yang berbeda-beda. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Atau yang lebih tenar disebut dengan pelangi. Tidak hanya satu. Tapi dua. Tuhan memberikan bonus satu untuk pagi ini.

"Mun, sini Mun, keluar bentar!" Pinta saya pada istri yang sedang di dalam rumah.

"Ada apa Kak Niko?" Jawab My Moon setengah teriak.

"Lihat keluar! Ada apa di langit?"

KREEEK.

Si Cinta membuka gorden. Dia mengintip dari dalam. "Waaaaaaah. Pelangi. Ada dua. Indah banget."

Benar. Dua buah garis melengkung di langit membuat pagi ini tampak mempesona. Mungkin karena Tuhan sedang meneteskan sepercik keindahan surga ke atas bumi.

"Ayah, kok pelanginya ilang?" Tanya putrinya (entah Asma atau Fatimah) pak Masbukin, tetangga sebelah kanan saya.

"Iya, pelanginya sudah hilang. Yang buat pelangi itu Allah. Kita minta lagi nanti ke Allah ya," sayup-sayup saya dengar dialog pak Masbukin dengan putrinya. Sebuah dialog yang indah didengar.

Pagi ini, selain dua keindahan dzohir yang saya terima dengan melihat dua buah pelangi. Ada tambahan keindahan batin yang saya peroleh. Adalah dialog sang ayah dengan putrinya.

Sekira sepuluh menit berselang. Saat saya hendak berangkat mengajar. Saya temui Salsa, putrinya Pak Fajar, tetangga depan rumah.

"Pelanginya sudah hilang ya?" Saya menyapa Salsa.

"Iya. Pelanginya sudah kembali ke surga," jawab salsa sambil menatap saya. Waw. Amazing. Sebuah jawaban yang saya kira bukan jawaban sembarangan. Sebuah jawaban yang lahir dari hati bersih anak-anak yang telah sekian lama telah dididik dengan baik oleh kedua orang tuanya. Juga dididik oleh lingkungan tempat tinggal yang baik pula. Ternyata bukan satu. Hiburan batin yang saya peroleh juga ada dua pagi ini. Seperti dua pelangi yang melengkung setengah lingkaran di atas langit tadi.
***

Dulu, saya pernah dengar bahwa sesungguhnya pelangi itu tidak setengah lingkaran. Tapi satu lingkaran penuh. Hanya saja saya lupa.


Menjelang siang. Saya ada jadwal mengawas try out kelas dua belas IPS tholib (santri putra).

(Moon, saya lupa, tolong searching di google, kenapa pelangi hanya setengah lingkaran? Koneksi internet kurang baik. Wifii sedang tidak bagus). Isi pesan WhatsApp saya untuk istri di rumah.

Lima belas menit belum ada jawaban. Centangnya masih hitam dua.

(Moon, segera carikan ya. Penting).

TING TONG

(Pelangi sebenarnya berbentuk lingkaran utuh. Kemampuan mata manusia terbatas dalam melihat cahaya. Manusia hanya bisa melihat pelangi yang ada di sudut 42 derajat. Pelangi yang ada di luar sudut itu tidak akan terlihat oleh mata).

(Bukan itu jawabannya Moon).

(Kata google seperti itu).

(Bukan).

(Apa atuh?).

(Karena pelangi yang setengahnya ada di bola matamu. 😎).

(Huweeeek!).

Asem. Balasannya muntah. Haha.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar