-Kata
kakek-
Kakek
pernah berucap. "Terlahir sebagai laki-laki, kamu harus cerdas. Sebab
nanti wanitamu akan menyerahkan seluruh hidupnya kepadamu. Setiap langkah dan
tindak tanduknya sejalan dengan lidahmu. Dia tunduk pada setiap kata-katamu.
Menjadi seorang yang cerdas. Adalah bentuk cinta paling besar dari laki-laki
untuk wanitanya".
Kata
kakek, laki-laki itu boleh memilih wanita manapun untuk dinikahi. Tapi, jika
sudah memilih. Dia adalah satu-satunya wanita yang hanya ada di hatimu. Kapan
itu dimulai? Dimulai bukan saat ijab-qabul. Tapi saat kamu memutuskan untuk
memilih dia. Memilih dia yang akan mengusap air mata saat kamu menangis nanti.
Kata
kakek, jika nanti sudah memilih. Setelahnya, akan kamu temui pada setiap detik
yang berdetak, kamu selalu ingat rumah yang di dalamnya ada wanitamu. Rindu
adalah sebuah kata yang akan kamu rasakan setiap harinya.
Ketika
deret kata "Aku cinta kamu" belum memiliki muara. Maka resah adalah
ganjarannya. Itulah kenapa Kakek pernah berujar, "Dengan menyempurnakan separuh
agama, insyaAllah hidupmu akan
paripurna".
Kamu
bukan laki-laki istimewa yang memiliki raga dan jiwa nan sempurna. Kamu
hanyalah laki-laki separuh. Demikian juga dengan wanitamu kelak. Dia hanya
wanita separuh. Bila nanti telah tiba waktunya. Kamu dan dia harus berlapang
dada. Rengkuh dengan erat wanitamu. Agar kamu dan dia menjadi satu.
Menyempurna. Begitu ucap Kakek sekira ratusan jam yang lalu.
Terima
kasih, Kakek. Semoga kalimat-kalimatmu menjadi penerang di sana. Sebagaimana
hari ini yang benderang menyadarkan saya. "Berhenti menunggu sempurna.
Segera berjalan selangkah demi selangkah. Nanti akan sampai (pada
kesempurnaan). InsyaAllah.".
***
-Pesan
kyai-
Kyai
pernah berpesan. Jika nanti sudah siap menikah. Tempuh dua jalan. Satu, minta
petunjuk pada Allah SWT dengan solat istikhoroh. Dua, minta nasihat dan saran
pada orang-orang yang mencintai kita: orang tua, guru, dan saudara. Sebab orang
yang mencintai kita pasti akan memberikan nasihat terbaik.
Kata
Kyai. Bila nanti sudah siap menikah dan serius. Datanglah dengan baik-baik.
Hindari maksiat. Sebab sejauh mana kamu menghindari maksiat sebelum menikah.
Sejauh itu pula kebahagiaan yang akan kamu rasa setelah menikah kelak.
Bismillah.
Saya melangkah.
***
-Sowan-
Sekira
tiga tahun lalu, kami, para santri ikut Kyai,
sowan ke guru beliau, Mbah Maimun
Zubaer, di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Hendak mendengarkan nasihat-nasihat
sejuk beliau. Sekalian akan ikut pengajian pasaran kitab Al-hikam yang akan
disampaikan oleh syekh dari Suriah.
***
-Mimpi-
Selepas
beberapa kali solat istikhoroh. Juga banyak untai doa memohon untuk dipilihkan
satu wanita dari beberapa wanita yang saya perhatikan dalam diam. Suatu malam,
dalam tidur saya bermimpi. Saya dan teman-teman santri Ar-risalah, Bandung,
membersamai Kyai silaturahmi ke Sarang. Hendak menemui Mbah Maimun Zubaer. Saat
di Sarang, Kyai mengisi pengajian. Mengkaji kitab Al-hikam. Hikmah yang nomer
empat.
Saya
terbangun. Diam sesaat. Menarik nafas memikirkan isi mimpi. Al-hikam nomer
empat.
Saya
masih berbaring. Memikirkan isi mimpi. Al-hikam nomer empat.
Perlahan
saya duduk. Menarik nafas. Memikirkan isi mimpi. Al-hikam nomer empat.
Saya
beranjak. Melangkah pelan menuju lemari buku di depan kamar. Memikirkan isi
mimpi. Al-hikam nomer empat.
Saya
menghampiri lemari buku. Saya ambil
terjemah kitab Al-hikam. Saya buka, mencari hikmah nomer empat. Saya baca:
Istirahatkan dirimu untuk mengurus sesuatu yang telah diurus oleh selain
dirimu. Jikalau rezeki, jodoh, telah
ditentukan oleh-Nya, maka tidak ada lagi
yang perlu kamu takutkan. Berusaha saja
dengan sebaik mungkin, kemudian
bertawakal kepada-Nya.
Allah.
Allah. Allah. Mohon ampuni hambaMu yang penuh dosa ini.
Sejak
malam itu. Saya jernihkan hati dari beberapa wanita yang bertandang di dalam
dada. Saya pasrahkan semuanya pada DIA.
"Yaa
Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi." (Al-A'raf: 23).
"Yaa
Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati, dan jadikan kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
(Al-Furqon: 74).
***
-Berkah-
Ingatan
saya terbetot ke belakang. Sekitar empat atau lima tahun yang lalu. Ke Bandung
kota penuh kenangan. Memori mengerucut pada sebuah pesantren di pinggiran kota.
Pesantren Ar-risalah. Kemudian mengerucut lagi ke sebuah rumah tembok bercat
putih. Rumah kyai Rofiq.
Kami,
para santri biasa mengaji di ruang tamu Kyai. Sebagian santri putra di ruang
tamu. Sebagian lain di teras depan karena ruang tamu sudah penuh. Sementara
santri putri duduk berdempetan di ruang tengah. Antara ruang tamu dan ruang
tengah dibatasi dengan hijab dari rotan. Di sela pengajian, biasanya kyai
menyediakan minum dan makanan ringan untuk santri. Ada seorang santri putri
yang tidak sengaja saya lihat. Ketidak sengajaan yang terus berulang jika saya
sedang duduk ngaji di baris depan dekat kursi kyai. Biasanya dia yang
menyuguhkan minum dan kudapan untuk santri putri. Dan bagian santri putra dia
simpan di dekat hijab. Nanti akan diambil oleh santri putra yang duduk di dekat
rotan pembatas itu.
Adalah
Denis Yulianti. Saat di pesantren kyai memberinya nama Fatiha. Selain mengaji
dan menghafal Al-quran, Fatiha suka menghabiskan waktunya di rumah kyai. Dia
berusaha untuk membantu Ummi. Dia kerjakan apa yang mampu dikerjakan. Mengasuh
dan mengantarkan anak kyai sekolah. Masak dan mencuci bareng Ummi. Membersihkan
rumah. Dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Banyak
kisah yang pernah saya dengar tentang keberkahan ilmu yang diraih santri sebab
perilaku baik pada gurunya. Dalam banyak cerita itu, kehidupan sang santri
penuh dengan keberkahan. Tidak hanya untuk dirinya saja. Tapi juga menular
kepada orang-orang yang hidup di sekitarnya. Juga menular kepada orang-orang
yang hidup bersamanya.
"Sejauh
mana laku baikmu pada guru, sejauh itu pula keberkahan ilmu yang akan kamu
peroleh kelak," ujar Kyai waktu dulu.
***
-Maju-
[6/7
18.56] Niko: Assalamualaikum. Selamat malam Ustadz. Punten. Saya mohon saran
dan nasihat Ustadz. Beberapa hari kebelakang saya terpikir Fatiha. Jika beliau
belum ada yang meminang dan menurut Ustadz saya baik untuk Fatiha dan Fatiha
baik untuk saya. InsyaAllah saya akan coba maju untuk menghubungi beliau. Mohon
nasihat dari ustadz.
[6/7
20.29] Kyai Rofiq: Wa'alaikum salam wr wb. Kalau Fatiha memang masih sendiri.
Nanti saya dialog dulu dengan Ummi ya, Niko.
[6/7
20.31] Niko: Baik Ustadz.
***
[8/7
15.58] Kyai Rofiq: Assalamualaikum wr wb. Bismillah, Niko, saya dan Ummi sudah
menghubungi Fatiha. Dia dan keluarganya menyerahkan ke kita.
Saya dan
Ummi setuju dan mendukung. Tapi tetap kita sarankan ke Fatiha agar istikhoroh
dulu karena itu rahasia Allah. Jadi malam ini dia istikhoroh -in syaa Allah-.
Sebaiknya Niko juga istikhoroh. Fatiha tadi juga cerita bahwa dulu pernah mimpi
dilamar ikhwan dan dulu memang tanya ke kita, tapi tidak menyebutkan namanya.
Sekarang dia mengaku jika ikhwan itu adalah Niko. Fatiha pesan agar Niko
langsung telfon orang tuanya, tidak ke dia. Ini nomer telfon orang tua-nya.
081*********. Jadi sebaiknya Niko langsung telfon.
[8/7
16.20] Niko: Walaikumussalam. Baik Ustadz. InsyaAllah malam ini saya juga akan
istikhoroh. Mohon doa dari Ustadz dan Ummi. InsyaAllah besok atau lusa saya
akan telfon orangtua Fatiha.
***
[9/7
19.57] Niko: Assalamualaikum. Ustadz punten. InsyaAllah malam ini saya ingin
telfon orangtua Fatiha. Tapi saya malu Ustadz. Khawatir salah bicara. Mohon
doanya Ustadz.
[9/7
20.13] Kyai Rofiq: Wa'alaikum salam wr wb. Bismillah saja. Kedua orang tuanya
sudah menunggu telfon dari Niko. Sukses in syaa Allah.
***
-Mohon
izin-
"Sebelum
saya menyampaikan maksud baik saya. Saya mohon izin untuk bercerita dulu, Bu.
Boleh? "
"Silahkan
Dek Niko," jawab ibu di seberang pulau.
"Alhamdulillah
selama tiga tahun saya tinggal satu pesantren dengan Fatiha. Meski tidak banyak
interaksi, insyaAllah saya sedikit tahu bagaimana kebaikan-kebaikan Fatiha.
Saya sudah bertanya kepada Kyai. Saya juga sudah diskusi dengan mamah dan
bapak. Dengan mengucap Bismillahirrahmaanirrahiim, saya memohon izin untuk
meminang Fatiha menjadi istri saya."
Obrolan
berlanjut. Lebih lama dari yang saya bayangkan. Dan lebih banyak kalimat keluar
dari jumlah pertanyaan dan jawaban yang telah saya siapkan pada secarik kertas.
Untungnya. Perbincangan ini tidak semenyeramkan yang saya lamunkan sebelumnya.
"Dek
Niko."
"Iya,
Bu. "
"Sekarang
giliran Ibu yang ingin bercerita boleh? "
"Mangga,
Bu. "
"Ini
masih sebatas hayalan Ibu saja ya. Jadi begini. Tidak lama sebelum malam ini.
Kami sudah merencanakan pernikahan tetehnya Fatiha. Pernikahan itu insyaAllah
akan dilaksanakan enam September nanti," jelas ibu Fatiha.
"Sebelum
Dek Niko telfon. Kami sudah diskusi dengan keluarga. Bila nanti Dek Niko datang
untuk melamar Fatiha. Bagaimana jika pernikahannya dibarengkan saja dengan
pernikahan tetehnya. Ini masih sebatas khayalan ibu dan keluarga saja. Silahkan
nanti Dek Niko obrolkan saja dulu dengan keluarga."
***
-Doa
terbaik-
[9/7
21.08] Niko: Assalamualaikum, Ustadz. Alhamdulillah saya sudah telfon orangtua
Fatiha. InsyaAllah saya akan diskusi dengan mamah dan bapak. Mohon selalu doa
terbaik dari Ustadz. Semoga diberikan jalan yang terbaik. Terima kasih banyak
Ustadz.
***
[10/7
07.59] Kyai Rofiq: Niko, bagaimana hasil dialog dengan orangtuanya Fatiha? Dan
bagaimana pendapat bapak dan mamah Niko?
[10/7
08.02] Niko: Alhamdulillah semalam, selepas telfon orangtua Fatiha. Saya
langsung bicara dengan mamah dan bapak. Mamah dan bapak insyaAllah setuju
dengan usulan orangtua Fatiha. Jika ada takdirNya, pernikahannya dibarengkan
dengan tetehnya Fatiha. Mohon doanya dari ustadz dan Ummi.
[10/7
08.06] Kyai Rofiq: Dzulhijjah Jum'at ketiga berarti?
[10/7
08.07] Niko: InsyaAllah kata ibu Fatiha demikian Ustadz.
[10/7
08.08] Kyai Rofiq: Alhamdulillah.
Permintaan
saya disampaikan apa tidak? Saya meminta agar Fatiha tetap diberi kesempatan
oleh Niko untuk sebulan sehari atau dua hari setoran hafalan ke Ar-Risalah, sebab saya ingin dia
tetap melanjutkan hafalannya.
[10/7
08.12] Niko: InsyaAllah saya juga berfikir tentang itu Ustadz. Saya ingin
Fatiha tetap setoran ke Ummi. InsyaAllah diusahakan dalam satu bulan Fatiha
harus ada setoran hafalan ke Bandung.
[10/7
08.41] Kyai Rofiq: Alhamdulillah saya dan Ummi sangat bahagia dengan kabar baik
ini, Niko. Semoga Allah mudahkan semuanya. Aamiin.
[10/7
08.44] Niko: Aamiin Yaa Allah. Mohon selalu doa terbaik dari Ustadz dan Ummi.
***
-Pekanbaru-
Pesawat
berputar di langit Pekanbaru. Bersiap untuk mendarat di kota bertuah. Setiap
detik yang berdetak. Degup jantung bertambah cepat. Sebab di bandara sudah ada
yang menunggu: Orangtua Fatiha.
Jika
boleh berharap. Ingin sekali pesawat tetap di atas. Terus berputar tidak turun
ke darat. Karena saya malu. Malu yang teramat sangat.
Pesawat
mendarat. Saya dan paman melangkah ke luar bandara. Di sana, sekitar dua puluh
meter di tempat penjemputan. Ada empat buah senyum manis yang mengarah pada
saya dan paman. Senyum milik ayah, ibu, paman, dan tantenya Fatiha.
Dalam
perjalanan dari bandara ke rumah Fatiha. AC mobil dipasang dingin. Entah
mengapa, dahi saya lembab dengan keringat. Kedua telapak tangan juga kuyup.
Why?
Di
ruang tamu, keluarga besar Fatiha berkumpul. Minus Fatiha yang masih di
Bandung. Kami berbincang. Saya lebih banyak mendengar.
"Fatiha
itu cucu kesayangan nenek," ujar ibu Fatiha sambil melihat nenek. Nenek
mengiyakan dengan anggukan sumringah. Setelah kalimat ini. Obrolan lebih banyak
berkisah tentang Fatiha. Dan saya masih lebih banyak mendengarkan. Sesekali
tertawa karena penuturan ibu dan nenek.
Allah.
Allah. Allah. Hampir pada setiap kisah ibu dan nenek, saya kagum pada skenario
Sang Maha Agung. Kepingan-kepingan puzzle impian saya tentang sosok pendamping
hidup. Seperti telah tersempurnakan malam itu.
"Allah
itu Maha Baik. Dulu saya sering berkhayal ingin punya istri yang usianya jauh
di bawah saya. Sekarang, insyaAllah khayalan itu akan menjadi nyata. Allah
tidak hanya memberikan apa yang kita inginkan. Tapi memberikan apa yang kita
butuhkan dan inginkan," tutur saya menanggapi kisah-kisah ibu dan nenek.
Kemudian kami tertawa renyah. Alhamdulillah.
Perbincangan
kami melahirkan beberapa keputusan. Adalah: InsyaAllah walimah Fatiha tidak
bersamaan dengan tetehnya. InsyaAllah 6 September 2018, Kamis malam, bada isya,
adalah akad saya dengan Fatiha. Kemudian insyaAllah, hari Sabtu, 8 September
2018, adalah resepsinya. Dan insyaAllah, akad dan resepsi tetehnya Fatiha akan
dilaksanakan dua bulan berikutnya.
Satu
lagi. InsyaAllah untuk syukuran di rumah saya (Kampung Cipacung. RT 21/07. Desa
Karang Suraga. Kecamatan Cinangka. Serang. Banten) akan dilaksanakan hari
Minggu, 2 September 2018.
"Yaa
Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati, dan jadikan kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
(Al-Furqon: 74).
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar