Minggu, 25 September 2011

Bisikan Untukku


Tidak bisa dipungkiri, semenjak aku merasakan itu, hati ini serasa sedang disiram air es. Segar dan dingin. Namun, aku harus tetap hati-hati dalam menyikapi rasa ini. Sedikit saja salah melangkah, fatal akibatnya. Memang benar apa yang telah digembor-gemborkan oleh para pujangga. Sebuah kata yang tersusun dari lima huruf itu bisa merubah semuanya. Yang tadinya buruk, berubah menjadi baik, dan yang awalnya baik, berubah menjadi semakin baik. Kini, di mataku, tidak hanya kotoran kambing yang berubah menjadi cokelat. Tapi, semua benda yang kulihat, berubah menjadi makanan kesukaanku, yakni sambal terasi pedas. Tidak hanya itu, kentutnya Mamat yang terkenal mampu membuat siapapun yang menciumnya bisa koma selama beberapa jam itu, tiba-tiba berubah rasa menjadi seharum minyak wangi kasturi. Ini tidak bohong, memang seperti ini kenyataannya.

Aku sudah kehabisan kata-kata guna menggambarkan apa yang kurasakan untuknya, untukmu wahai bidadari surgaku, yang hingga detik ini aku tidak tahu, apakah engkau tahu atau tidak dengan rasaku ini. Aku benar-benar bingung dengan apa yang harus kulakukan. Inginnya aku tetap diam dengan rasa ini. Aku sadar. Aku sangat berbeda jauh dengan Ali bin Abi Tholib. Bedanya sangat jauh sekali. Seperti langit dan bumi. Bahkan tidak hanya itu. Perbedaan kualitas kami, jauhnya adalah sejauh-jauh jarak yang ada di jagat raya ini. Tapi, kapasitasku yang sama sebagai seorang hambaNya, aku ingin berusaha untuk belajar seperti Ali dengan cinta platonisnya yang sangat istimewa kepada Fatimah. Aku ingin seperti itu.

Tapi, disisi lain hatiku. Fitrah seorang manusia adalah memiliki cinta, baik itu mencintai ataupun dicintai. Amat bahagia rasanya jika seseorang dicintai oleh orang-orang yang dia citai. Meskipun, memang, ada batas-batas yang tidak boleh sampai terlewati sebelum benar-benar ada ikatan yang resmi. Dan, pada batas-batas inilah aku tidak mampu melakukan lebih, karena memang seperti itulah harusnya.

Untuk dirimu wahai bidadari surgaku. Aku bingung sebingung-bingungnya. Aku tidak tahu dengan apa yang harus kulakukan. Mungkinkah ini adalah sebuah hukuman bagiku dari Allah, Tuhan kita, yang karena penyebabnya adalah aku tidak mampu melewati rintangan hati ini. Sebuah rintangan yang terlihat sederhana, tapi sangat menyulitkan. Mungkinkah?

Sepertinya memang benar bisikan putih itu. Sebuah bisikan yang pernah kudengar dengan sangat jelas pada suatu hari dalam kesendirianku. Mungkin sekaranglah waktu untukku melakukan perintah demi perintah yang termaksud dari bisikan itu.

Sabarlah wahai anakku, sabarlah dengan rasa yang telah Dia anugerahkan untukmu. Jangan sampai engkau salah langkah. Teruslah ikuti kata hatimu yang paling dalam. Teruslah mengikuti petunjuk-petunjuk itu. Buatlah duniamu sendiri. Dunia yang akan menjadi penawar untuk kegelisahan hatimu ini,” bisikan ini terdengar lembut olehku. Namun, aku tidak tahu dari mana datangnya.

Membuat dunia sendiri? Dunia seperti apakah itu??” aku kebingungan dan bertanya pada hatiku sendiri. Sesaat kemudian, bisikan itu muncul lagi.

Dunia yang selama ini mampu menjadi penawar untuk racun yang menghampiri dirimu. Dunia yang selama ini mampu menyegarkan jiwamu dikala sedang panas, dan mampu menghangatkan jiwamu dikala kedinginan. Dunia yang membuatmu senang dikala engkau merasa sedih. Dunia yang engkau buat sendiri dengan pena dan kata-katamu itu. Dunia yang engkau cintai wahai anakku,” bisikan itu terdengar sekali lagi, dengan sangat jelas. Sepertinya aku tahu dunia apa yang dimaksud oleh bisikan itu.

Tapi apakah benar dengan yang engkau katakan ini?” aku bertanya lagi untuk meyakinkan hatiku.

Sangat bisa wahai anakku, bisa sekali. Perlu engkau ketahui, inilah salah-satu maksud kenapa Dia memberikan kemampuan itu padamu. Inilah salah-satu dari maksud itu. Pergunakanlah dengan baik. Pergunakanlah dengan baik. Pergunakanlah dengan baik,” semakin lama bisikan itu semakin melemah, dan kemudian menghilang.

Setelah bisikan itu benar-benar hilang, aku terdiam dan mengingat kembali kata demi kata yang kudengar. Saat itu, satu saja yang terpikir olehku, yaitu MENULIS. Menulis untuk menciptakan duniaku sendiri, dunia yang aku inginkan.
***

Semoga saja aku kuat dengan diam ini. Diam untuk menyembunyikan rasa ini. Diam mencoba untuk menjaga diriku, juga dirinya. Diam untuk menjaga kesucian rasa ini. Meskipun semua ini bukanlah hal yang mudah.

Untuk dirimu, wahai bidadari surgaku, hanya melalui tulisan ini, aku berani mengungkapkan isi hatiku. Tidak banyak yang akan kukatakan. Hanya satu saja, yaitu, AKU MENCINTAIMU.

Duhai Allah, yang telah memberikan rasa ini padaku, hamba mohon, berikanlah sedikit saja tanda untukku. Tanda yang mampu membuat jiwa ini merasa tenang. Melalui apapun itu, yang penting aku bisa membaca petunjuk itu. Duhai Allah, sebagai penutup tulisan ini, hamba memohon hanya kepadaMu. Jika dia adalah tulang rusuk yang Engkau gariskan untukku, jadikanlah aku imam yang baik bagi dia dan anak-anak kami kelak. Jadikanlah dia pendamping yang baik untukku, baik untuk kehidupan dunia maupun kehidupan akhiratku, begitu juga diriku untuknya. Dan, seandainya takdir menggariskan sebaliknya, berikanlah aku pengganti yang baik, begitupun dengan dia, berikan juga dia pendamping yang baik. Dan, buatlah aku, ataupun dia rela dalam menerima apapun takdir yang Engkau berikan untuk kami. Hamba mohon Yaa Allah.

“ Yaa Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang –orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqon: 74)

7 komentar:

  1. ehem "istri-istri" niat poligami nih!!!
    wah hebat!!!
    semangat!

    BalasHapus
  2. wah, poligami?! berat Zura....
    karena redaksi ayatnya seperti itu My sister...
    kita mahasiswa ilmiah, he...

    BalasHapus
  3. Bidadari yang sebenarnya hanya akan muncul dari cerminan diri seorang hamba.
    Jika baik seorang hamba, maka bidadarinya pun akan baik, begitu pun sebaliknya. Seseorang tidak akan pernah mendapatkan bidadarinya sampai kapan pun, sampai ia mau merubah dirinya menjadi baik,,,, ^_^

    BalasHapus
  4. @ Nenden: setuju Nenden, seratus untuk Nenden, mari kita berusaha untuk menjadi orang yang baik dulu...

    @ Adi: Makasih Adi, ia sami-sami...

    BalasHapus
  5. Satu-satunya cara mendapatkan jodoh yang baik adalah dengan memperbaiki diri menjadi lebih baik

    BalasHapus
  6. Sip sip sip,,,

    Ya Allah semoga kami bisa!

    semoga .... ya ^_^

    BalasHapus